• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

14 TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA KELAS XII SEMESTER GENAP

Rabu, 25 Januari 2017
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA KELAS XII SEMESTER GENAP
Teks editorial/tajuk rencana  
Adalah teks yang berisi pendapat redaksi terhadap suatu isu/masalah aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik, sosial, atau pun masalah ekonomi yang memiliki hubungan secara signifikan dengan politik.Teks editorial/opini rutin ada di koran atau majalah. Pengungkapan teks ini harus dilengkapi dengan bukti, fakta, maupun alasan yang logis agar pembaca atau pendengar bisa menerimanya.
Isi tek editorial/tajuk rencana
Menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,  olah raga dan sebagainya.
Tujuan teks editorial/opini:
Meliputi: 1) mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah (isu/topik) yang sedang hangat terjadi di kehidupan sekitar; 2) memberikan pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.
Manfaat teks editorial/opini
Teks editorial memberi informasi kepada pembaca, untuk merangsang pemikiran, dan terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak.
Fungsi Teks Editorial/Opini:
Meliputi: 1) fungsi tajuk rencana umumnya menjelaskan berita dan akibatnya pada masyarakat;  2) mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh; 3) terkadang ada analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan yang bisa terjadi; 4) meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.
Ciri-Ciri Teks Editorial/Opini
1) berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan; 2) berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat; 3) biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional; dan 4) tertuang pikiran subjektif redaksi.
Struktur teks editorial/opini:
Struktur teks editorial/membangun  ada 3 struktur: 1) orientasi, pernyataan pendapat (tesis): bagian berisi sudut pandang penulis mengenai masalah yang dibahas. Biasanya sebuah teori yang akan diperkuat oleh argumen; 2) isi/tubuh, menyampaikan argumentasi: alasan atau bukti yang digunakan guna memperkuat pernyataan dalam tesis, walau secara umum argumentasi diartikan untuk menolak suatu pendapat. Argumen bisa berbentuk pertanyaan umum/data hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang bisa dipercaya; dan 3) reorientasi, berupa penyataan/Penegasan ulang pendapat: bagian penutup ini berisi penegasan ulang pendapat yang didorong oleh fakta di bagian argumentasi guna memperkuat/menegaskan. Ada di bagian akhir teks.

Fakta  dan opini yang terdapat di dalam editorial meliputi sebagai berikut:
Fakta umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang. Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya. Contoh: 1)  Matahari terbit di sebelah Timur; 2)  Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat; 3)  Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya; dan 4)  Puluhan pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Atau Informasi yang berisi kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail. Contoh: 1)  Pak Yayan makan bakso; 2)  Ayah baru pulang dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda Surabaya kemarin siang; dan 3)  Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan warung pinggiran terkena razia kemarin pagi.
Pendapat atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata, menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya, maka kalimat tersebut berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan menjadi kalimat opini perorangan dan opini umum.
Ciri-ciri opini:
Ciri-ciri opini meliputi: 1. Belum terjadi (baru rencana); 2. Berupa pendapat; 3. Bersifat  subjektif; dan 4. Keterangannya belum jelas.
    
Jenis-Jenis Opini:
1. Opini perorangan (subjektif): pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang tertentu saja. Contoh: a) Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai 400 juta jiwa. b) Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya bagus sekali. Sepertinya jalanan ini akan banjir.
2. Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak umum). Contoh: a) Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri. b) Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak korban. c) Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.

Informasi-informasi yang kita peroleh dari teks editorial bemacam-macam sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Editorial yang baik adalah yang memiliki kualitas dan kemanfaatan informasi yang banyak untuk pembaca. Kualitas sebuah editorial yang baik adalah: a) editorial harus membawa rasa kelembagaan atau loyalitas yang berarti media seharusnya “berbicara” dalam editorial, bukan sebagai usaha individu;  b) bahasa dari editorial harus jelas dan tidak ambigu. Walaupun tujuan dari editorial adalah untuk memengaruhi, mendidik, atau menghibur penonton, bahasa yang digunakan harus dipahami oleh target penonton. Jika tidak, misi dari sebuah editorial tidak akan tercapai; c) dalam menulis editorial, editor harus selalu tepat; d) editorial harus kaya dengan nilai kemanusiaan; e) sebuah editorial harus mudah diingat dan mampu menarik perhatian; dan f) setiap editorial harus asli. Ketujuh, editorial harus diteliti dengan baik karena editorial harus didasarkan pada fakta yang konkret dan bukan spekulasi.

Editorial sebagai penyampai informasi kepada masyarakat dalam menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas juga menyampikan latar belakang berita yang berkaitan dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Lebih lanjut disampaikan jenis-jenis dari editorial berikut:
1. Untuk menjelaskan atau memaparkan. Tujuan dari editorial ini lebih berupa essai yang berisi           penjelasan. Editor berusaha untuk menafsirkan atau menginformasikan fakta atau isu yang  
    berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Dalam lingkup ini, editor sering menggunakan 
    editorial untuk menjelaskan cara media itu menanggapi subjek berita yang sensitif dan      
    kontroversial.
2. Untuk menilai atau mengkritik
Jenis yang pertama, editorial berbentuk penjelasan atau pemaparan. Tujuan editorial ini adalah untuk menilai atau mengkritik. Ini editorial konstruktif mengkritik tindakan, keputusan atau situasi sambil memberkan solusi untuk masalah diidentifikasi. Jika editorial mengkritik, harus selalu konstruktif. Apabila media mengkritik maka media memiliki kewajiban untuk menawarkan solusi alternative atau tindakan. Maka pendapat akan dipercayai oleh masyarakat. Editorial sebagai evaluasi adalah editorial yang fokus mengevaluasi pada tindakan atau situasi yang sedang membutuhkan perbaikan atau yang patut dipuji. Harapan jangka pendek adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca untuk melihat masalah yang sedang diangkat.
3.  Mengajak atau mempersuasi
Editorial sebagai persuader merupakan tujuan yang ketiga. Tujuan ini terlihat ketika editorial yang mengajak atau menawarkan solusi spesifik untuk suatu masalah yang sedang dihadapi. Editorila persuasif dapat memberikan kepemimpinan dalam sebuah perubahan. Oleh karena itu, maksud dari editorial ini mengajak untuk segera melihat pada solusinya bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca akan didorong untuk mengambil tindakan dan sikapn yang positif. Salah satu contoh editorial persuasi adalah dukungan terhadap kinerja politik.
4. Pujian.
Jenis editorial yang terakhir adalah editorial yang berbentuk pujian. Editorial ini bermaksudkan untuk memuji seseorang atau organisasi yang telah memiliki prestasi atau kinerja yang baik. Dalam editorial ini pun perlu dicantumkan alas an tertentu mengapa orang atau organisasi inti pantas untuk dipuji.

Langkah-Langkah Menyusun Editorial
Menurut Alan Weintraut dalam tulisannya “Writing An Editorial” berikut: 1) Tentukan topik yang signifikan dengan sudut pandang berita terkini yang menarik minat pembaca; 2) kumpulkan berbagai informasi dan fakta,termasuk laporan objektif; lakukan penelitian; 3) kemukakan opini Anda secara singkat dengan model pernyataan tesis; 4) Jelaskan isu tertentu secara objektif sebagai wartawwan dan katakan mengapa situasi tersebut sangat penting dibicarakan; 5) berikan terlebih dahulu sudut pandang berlawanan bersama beberapa kutipan dan fakta yang ada; 6) sanggah atau tolak sisi yang lain dan kembangkan kasus Anda dengan menggunakan fakta-fakta, detail-detail, tokoh-tokoh, dan kutipan-kutipan. Kesampingkan sisi logika lainnya; 7) mengakui poin yang berlawanan--poin-poin tersebut tentu memiliki poin yang baik yang dapat diakui untuk membuat Anda tampak rasional; 8) ulangi frasa kunci untuk memperkuat ide hingga melekat dalam benak pembaca; 9) berikan solusi yang realistik kepada masalah yang di luar pengetahuan umum. Berikan dorongan untuk pemikiran kritis dan tindakan yang proaktif; 10) ringkaslah menjadi suatu kesimpulan yang menegaskan kembali pernyataan pada tesis awal; 11) Jagalah agar tidak lebih dari 500 kata; setiap tulisan diperhatian, hindari penggunaan kata "saya". (Pada faktanya, hal ini tergantung kebijaksanaan dari masing-masing media).

Kebahasaan dalam Teks Editorial

Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan utama sebuah paragraf. Dengan kata lain, kalimat inilah yang mengutarakan atau menyampaikan topik yang akan dibahas dalam sebuah paragraf. Kalimat utama terletak di bagian awal, akhir, atau keduanya di dalam sebuah paragraf. Paragraf yang kalimat utamanya terletak di bagian awal paragraf disebut dengan paragraf deduktif. Sementara itu, paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir disebut dengan paragraf induktif, sedangkan paragraf yang memiliki dua buah kalimat utama yang terletak dibagian awal dan akhir adalah paragraf campuran.
Kalimat penjelas di dalam sebuah paragraf juga disebut dengan kalimat pendukung. Hal ini dikarenakan kalimat-kalimat ini mendukung apa yang dituliskan dalam kalimat utama. Kalimat ini berisi uraian, penjelasan, bukti, data, maupun statement-statement yang mendukung kalimat utama.
Teks opini editorial dalam penyusunannya selalu membutuhkan kata keterangan modalitas (keterangan cara). Modalitas berfungsi  untuk menyatakan sikap dalam berkomunikasi membentuk kalimat yang mengarah pada  saran atau anjuran dari opini dan solusi alternatif sesuai sudut pandang penuliseditorial. 
Chaer (1994: 262) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau keizinan. Dalam bahasa Indonesia, modalitas dinyatakan secara leksikal.

Modalitas 
Bentuk-bentuk keterangan cara (modalitas): 1) untuk menyatakan kepastian: memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukannya, dan dan bukan; 2) untuk menyatakan pengakuan: ya, benar, betul, sebenarnya, malahan; 3) untuk menyatakan kesangsian: agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, dan rupanya; 4) untuk menyatakan keinginan: moga-moga, dan mudah-mudahan; 5) untuk menyatakan ajakan: baik, mari, hendaknya, dan kiranya;  6) untuk menyatakan larangan: jangan; untuk menyatakan keheranan: masakan, mustahil, dan mana boleh.

Adverbia
Adverbia merupakan kata keterangan ditujukan agar pembaca meyakini teks yang dibahas, dengan menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia frekuentatif). Kata yang biasa digunakan yaitu: selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, sebagian besar waktu, jarang, dan lainnya.
Jenis verba (kata kerja) meliputi:
    1.  Verba materialverba ini yang menunjukkan perbuatan fisik/peristiwa.
     Contoh: a. Ayah membaca koran kompas pagi ini.
                  b. Ananda menulis puisi sambil membayangkan indahnya pemandangan Pantai
                      Kute.
2. Verba relasional
    a. Verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A adalah B), verba relasional identifikasi. Terdapat partisipan  token (token)  atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) utau pengidentifikasian (identifier).  
    Contoh:  Ayah (token) adalah (verba rasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai).

b. Sirkumstansi ( yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), verba relasional 
    atributif. Terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (atribute).
    Contoh:  Ayah (penyandang) mempunyai (verba) (relasional atributif) mobil baru
                  (sandangan)
3. Verba mental,  verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa), afeksi
    (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada verba  
     mental ini terdapat partisipan pengindraan (senser) dan fenomena. 
      Contoh:  Saya mempercayai bahwa ...
                       Menurut saya lebih baik kalian pulang setelah hujan reda.
                               Saya berpendapat ...
                                 Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).
                                 Saya khawatir dengan keadaan sakit anak itu.

Konjungsi
Dalam teks editorial/tajuk rencana digunakan bahasa yang menunjukkan sikap meyakinkan dan mempertegas dalam argumentasi dengan memunculkan konjungsi. Konjungsi konjungsi tersebut adalah:
a. Untuk menata argumentasi diperlukan konjungsi temporal, seperti: pertama, kedua, ketiga dan seterusnya atau dengan mula-mula, kemudian, berikutnya, selanjutnya dan sebagainya.
  b. Untuk memperkuat argumentasi digunakan konjungsi penguatan, seperti : bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, justru dan lain-lain.
  c. Untuk menyatakan hubungan sebab diperlukan konjungsi penyebaban, misalnya : sebab, karena, karena itu, maka dan sebagainya.
d. Untuk menyatakan harapan digunakan konjungsi : agar, supaya.
e. Untuk menyatakan simpulan digunakan konjungsi : dengan demikian, oleh karena itu.

Kalimat Efektif dan Efisien
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), efektif adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna. Pengertian secara sederhananya, efektif berarti bisa mencapai hasil sesuai harapan. Tolak ukur keberhasilan dalam meraih tujuan yang telah ditentukan disebut efektifitas. Jadi kalimat efektif adalah kaliamat yang berhasil membentukdan menyampaikan  makna/pesan sesuai dengan kegunaannya.
Contoh penggunaan kata efektif dalam kalimat:
1.    Obat ini efektif meredakan sakit kepala. Artinya, obat ini manjur meredakan sakit kepala.
2.    Dia berhasil mengerjakan tugasnya dengan efektif. Artinya, dia berhasil mengerjakan tugasnya dengan sukses.
3.    Kinerja ponsel pintar ini sangat efektif ketika menjalankan aplikasi berukuran besar. Artinya, kinerja ponsel pintar ini sangat sesuai harapan pengguna ketika menjalankan aplikasi berukuran besar.
Pengertian kata efisien menurut KBBI adalah tepat untuk mengerjakan sesuatu tanpa membuang-buang waktu. Jadi bisa diterjemahkan bahwa efisien yaitu hemat waktu, serta hemat biaya dan hemat tenaga. Sedangkan efisiensi dapat dimaksudkan sebagai ketepatan menjalankan tugas dengan baik dan tepat tanpa membuang-buang waktu, biaya, dan tenaga. Jadi kaliamat efisien adalah kalimat yang dapat membentuk/menyampaikan makna  secara singkat, padat, dan jelas.
Contoh penggunaan kata efisien dalam suatu kalimat, di antaranya :
1.    Obat ini efisien meredakan penyakit flu. Artinya, obat ini cepat meredakan penyakit flu.
2.    Michael berhasil mengerjakan tugasnya dengan efisien. Artinya, Michael berhasil mengerjakan tugasnya dengan tepat waktu.
3.    Kinerja komputer ini sangat efisien ketika menjalankan software berukuran besar. Artinya, kinerja komputer ini sangat cepat ketika menjalankan software berukuran besar.

Tugas Tak Terstruktur:
1.  a. Jika kalian dalam pembelajaran menggunakan buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
       Akademik, bacalah teks editorial “Menjual Sambari Menjaga Nirwana”  hal 5-7 dan  
       “Sastra Facebook, Sebuah Alternatif Pengembangan Proses Kreatif”” Hal 39.
b. Jika kalian menggunakan buku “Produkif  Berbahasa Indonesia”, bacalah teks editorial
    yang berjudul “ Ijazah Tak Cukup Lagi” hal 149.
2.  Setelah memahami isi teks editorial tersebut, identifikasikanlah berdasarkan strukturnya dengan benar! 
3.  Analisislah kaidah kebahasaan yang terdapat pada teks tersebut!
4.  Interpretasi isi makna teks editorial/tajuk rencana tersebut dengan tepat!

Daftar pustaka
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Henry Guntur Tarigan. 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Praktis Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Weintraut, Alan. Tanpa Tahun. Writing an Editorial. Dalam  http://www.geneseo.edu/~bennett/EdWrite.htm


Tugas Tak Terstruktur:
1.    Tulislah hasil menulis editorial kelompok (staf redaksi) kalian yang sudah dianggap layak terbit  dengan ketentuan tulisan yang telah disepakati!
2.    Perhatikan penulisan judul, penggunaan huruf kapital, penulisan tanda baca, penulisan istilah, dan penggunaan konjungsi dll!
3.    Ketiklah teks editorial kalian menggunakan huruf Times New Romans dua belas dengan spasi satu setengah.
4.    Menggunakan kertas kwarto!
5.    Presentasikan hasil penulisan editorial kalian di depan kelas!
6.    Teman yang lain mengomentari hasil penulisan editorial kalian!
7.   Mintalah hasil penulisan editorial pada tiap kelompok, kemudian jilidlah sebagi hasil produk kalian dalam pembelajaran.

8. Kirimlah hasil penulisan editorial kalian ke Blog Gurumu sebagai pembelajaran dengan pemanfaatan IT!
Read more

13 Contoh Best Practice Guru

Minggu, 31 Juli 2016
CONTOH BEST PRACTICE GURU

tutwuri1
 








BEST PRACTICE GURU
DALAM TUGAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH



JUDUL:
PEMBELAJARAN  TEKNIK PENULISAN BERITA MELALUI  INQUIRI DAN MEDIA  MAJALAH SEKOLAH DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA



Oleh:
Esti Suryani, M.Pd
NIP. 196902282008012015
Guru SMK Negeri 1 Surakarta
Jawa Tengah




SEKOLAH  MENENGAH KEJURUAN NEGRI 1 SURAKARTA
Jl. Sungai Kapuas No. 28 Telp./Fax (0271) 653085 Surakarta 57113 Website : http//www.SMKN1.sch.id




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Guru bagi penulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan hingga setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Cilacap, melanjutkan ke perguruan tinggi tahun 1988  UAD/IKIP Muhamadiyah Yogyakarta  di FPBS/PBSI Yogjakarta. Tahun 1994 penulis mulai menjadi GTT di SMA  Batik 1 Surakarta. Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan mengampu ekstrakurikuler teater.
Tahun 2004 penulis lolos dalam seleksi ujian sebagai guru bantu. Alhamdulillah, Awal tahun 2010 penulis menerima SK PNS. Tahun 2010 penulis berhasil meraih Magister Pendidikan (M.Pd). Selain mengajar, di sekolah penulis membimbing pembuatan majalah sekolah, membimbing lomba bidang sastra dan membimbing siswa dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi bukan berarti penulis melalaikan kewajiban sebagai ibu dan istri. Penulis tetap mengurus keperluan keluarga dengan baik dan tanggung-jawab. Penulis juga tetap melaksanakan Tupoksi sebagai pendidik. Di sela-sela proses pembelajaran, penulis tetap lengkap membuat perangkat pembelajaran di awal semester, mengajar, melakukan evaluasi dan analisis hasil pembelajaran. Penulis juga terbuka membantu teman-teman guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, memahami strategi pembelajaran, dan membuat Best Practic ataupun PTK.  Penulis juga mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan kreatifitas sekaligus meningkatkan hasil balajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia   
 Berawal dari sikap peserta didik dan guru yang merasa kesulitan ketika dimunculkan ide tentang pembuatan majalah sekolah. Penulis sering mendengar banyak pernyataan yang sering diutarakan peserta didik ketika ditanya mengenai pembuatan majalah sekolah. Hal ini dikarenakan tidak ada materi dalam mata pelajaran secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi teks berita tetapi sifatnya hanya sampai pada mereproduksi belum ada tindak lanjut sampai pada penerbitan majalah.
Belum lagi anggapan peran majalah sekolah sebagai media pengajaran bahasa Indonesia belum mendapat perhatian secara luas dikalangan guru bidang studi. Masih langka, bahkan belum ada yang merintis pengelolaan majalah praktis yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler bahasa Indonesia. Penyebabnya karena kurang kreativitas guru untuk memodifikasi bentuk majalah yang sudah lama menjadi tren di sekolah (Barung, 1998: 98).
Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk dalam pembuatan majalah sekolah. Untuk itu penulis dalam best practice ini mencoba menyampaikan pengalaman sederhana tetapi sangat menarik dilengkapi dengan pemecahan masalah. “Pembelajaran  Teknik Penulisan Berita Melalui  Inquiri dan Media  Majalah Sekolah” yang tepat dapat menjadi salah satu solusinya. Jika penulisan berita sudah baik maka akan dengan mudah menerbitkan dalam sebuah majalah sekolah. Hal ini tentu harus didukung oleh sarana-prasarana penunjang dari sekolah. .
SMK NEGERI  1 Surakarta sebagai tempat penulis mengabdi sebagai guru tidak memiliki ekskul jurnalistik. Hal itu tidak berarti harus menutup pintu untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara substansi juga diajarkan dalam setiap mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun bahasa Inggris. Yang terpenting, adakah kemauan sekolah untuk membuatnya. Tentunya kemauan ini tidak hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen sekolah, mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
B.       Pendekatan  Penyelesaian Masalah
Pemecahan masalah harus disesuaikan dengan pokok penyebab permasalahan sehingga benar-benar efektif. Permasalahan utama yang menjadi pemikiran penulis adalah kurangnya kemampuan peserta didik  Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis menerapkan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui  Inquiri dan Media  Majalah Sekolah”

C.       Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah dan pendekatan penyelesaian masalah yang sudah diuraikan di atas maka, tujuannya sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui teknik penulisan berita melalui inquiri.
2.    Untuk mengetahui cara penerbitan media majalah sekolah.
D.       Manfaat
1)      Secara Teoritis:
a.       Bagi peserta didik  dapat memahami teknik dalam hal memperoduksi teks berita yang baik yang dapat diterbitkan di majalah.
b.      Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh pada pembelajaran di kelas.
2)      Secara Praktis
Dapat menjadi alat penyampaian informasi dan wawasan tentang berita dan media berita  sekaligus dalam mempromosikan sekolah pada masyarakat pembaca.













BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kajian Teori
Pembahasan suatu masalah akan lebih tepat dan akurat apabila dilandasi oleh beberapa teori yang terkait dengan pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya dalam tulisan ini adalah masalah pembelajaran, teknik penulisan berita, inquiri, dan media majalah sekolah.  Berikut ini dipaparkan teori yang terkait dengan masalah tersebut.
1.    Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Menurut Tarigan dan Akhlan (1996: 4)  pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Akhlan Husein dan Rahman (1996: 3) berpendapat bahwa pembelajaran mengandung pengertian sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang di maksud adalah siswa, yaitu warga belajar yang mempunyai tugas belajar.
Oemar Hamalik (2003: 57) juga mengemukakan ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; 2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tarigan dan Akhlan (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau kriteria pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia  sebagai berikut: 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya, misalnya pelajaran yang lalu, pengalaman siswa, atau peristiwa-peristiwa penting; 2) pembelajaran bahasa Indonesia harus meningkatkan keterampilan berbahasa siswa; 3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya pikir dan daya nalar siswa; 4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya bervariasi; 5) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa dan ragam atau variasi bahasa Indonesia; 6) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa; 7) pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan berbahasa yang sesuai dengan situasinya; 8) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan 9) hasil pembelajaran dapat dinilai.
          Gino, dkk (1995: 30) menyatakan istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan.  Jadi, belajar mengajar menunjuk pada proses interaksi guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.
          Dari pernyataan di atas, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, seperti guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.
                    Ada 3 ciri-ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
a.       Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b.    Saling ketergantungan (independence) antara komponen pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan, yang bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c.    Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar.
      Bloom (dalam Waluyo, 2002: 162-167) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu:
1)   Kawasan Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif meliputi lima tingkatan, yaitu:
a)    Pengetahuan, yang meliputi: pengetahuan akan hal khusus, kejadian khusus, tentang cara dan alat, arah dan urutan, penggolongan dan kategori, kriteria, metodologi, serta pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi.
b)   Pemahaman, yang meliputi: terjemahan, penafsiran, dan perhitungan atau ramalan.
c)    Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsi-prinsip organisasional.
d)   Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi, hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang diusulkan, dan asal mula dari rangkaian hubungan abstrak.
e)    Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal, dan pertimbangan mengenai kriteria eksternal.
2)   Kawasan Kemampuan Afektif. Kemampuan afektif meliputi lima
     tingkatan, yaitu:
a)        Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu, misalnya menerima pelajaran  apresiasi puisi yang ditandai dengan minat atau perhatian positif yang dimiliki siswa terhadap apresiasi puisi.
b)        Responding, artinya ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam kegiatan apresiasi puisi.
c)        Menaruh penghargaan, pada tingkat ini siswa mampu memberikan penilaian terhadap puisi yang akan atau sudah dibacakan.
d)       Mengorganisasikan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling terkait, sehingga menjadi suatu sistem nilai.
e)        Mengadakan karakterisasi nilai. Kemampuan tertinggi dalam   kawasan afektif yaitu mengkarakterisasikan nilai-nilai, maksudnya nilai-nilai itu sudah menjadi karakterisasi yang siap untuk menjadi tingkah laku seseorang.
3)   Kawasan Kemampuan Psikomotorik. Kemampuan psikomotorik meliputi lima tingkatan, yaitu:
a)    Persepsi, yaitu proses kesadaran akan perubahan setelah keaktifan alat indra. Persepsi meliputi: stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu, merasakan sesuatu, membau dan memegang, serta mendiskriminasi tanda-tanda.
b)   Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional.
c)    Respon terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan. Respon terpimpin meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, serta mengadakan eksperimen.
d)  Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme meliputi: memilih, merencanakan, melatih, serta merangkaikan.
e)   Respon yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman. Respon yang kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, serta melaporkan atau menjelaskan.
            Selain komponen dan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran, ada juga beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Gino, dkk. (1995: 36-39) mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran telah tercapai. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1)   Minat Belajar
               Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,  hendaknya guru memilih media dan metode pembelajaran yang sekiranya menarik bagi siswa, misalnya dengan mengajak siswa untuk belajar di lapangan atau di luar kelas.
       2)   Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang  secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai  tujuan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, guru dapat menempuh jalan sebagai berikut:
a) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya    dengan jalan mengadakan penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat sesuatu, dan kegiatan yang lain yang sekiranya dapat memotivasi siswa.
b)   Membantu siswa yang kurang pandai dalam pelajaran, mendorongnya agar bisa lebih maju dan mau berusaha untuk bisa mengikuti perkembangan teman-temannya yang lain yang memiliki pemahaman lebih.  Bagi siswa yang sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik, guru harus bisa memotivasinya agar mau berusaha untuk lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang masih kurang mampu dalam pelajaran.
3)    Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai dengan karakteristik siswa agar diminati oleh siswa.


4)    Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media dalam belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya media cetak (buku-buku, surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik (radio, televisi, komputer, tape recorder, dan lain-lain). Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta menarik minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.
5)    Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran adalah:
a)      Suasana kekeluargaan yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang lancar antara guru dan siswa, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Dengan terjalinnya hubungan akrab, maka siswa akan berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam suatu kegiatan pembelajaran.
b)     Suasana sekolah yang nyaman, tenang, serta menyenangkan untuk melaksanakan pembelajaran.
c)      Kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar, sehingga suasana bebas tetapi tetap disertai pengawasan dari guru.
d)     Jumlah siswa di dalam kelas tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan bagi guru untuk memberikan perhatian yang cukup dan merata pada seluruh siswa.
e)      Siswa belajar secara bervariasi, misalnya dengan berdiskusi, discovery, mengadakan eksperimen, atau dengan mengadakan study tour untuk menghindari kejenuhan dalam belajar.
6)   Kondisi Siswa yang Belajar
       Kondisi siswa adalah keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaan psikis siswa. Apabila siswa sedang sakit, maka secara otomatis siswa tidak dapat mengikuti pelajaran secara maksimal. Begitu pula jika siswa sedang dalam keadaan tertekan, atau sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak dapat belajar dengan baik.
7)   Kemampuan Guru
       Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru harus menyampaikan materi dengan cara tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui. Selain itu, dalam menyampaikan materi, guru harus bisa memilih metode dan cara yang tepat agar dapat menarik siswa untuk mengikuti pelajaran. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun yang ada di belakang. Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
8)        Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penerapan metode tersebut, gurulah yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang menuntut keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama pada hakikatnya adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
2.    Hakikat Inquiri    
a.  Pengertian Metode Inquiri
        Menurut Webster‟s Collegiate Dictionary kata inquiri (inquiry) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari: 1986 )
b.  Langkah-langkah pembelajaran inquiri
Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah: 1) merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya.
c.  Prinsip –prinsip Inquiri
Dalam pembelajaran inquiri terdapat beberapa prinsip yang harus     diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut :
1).   Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
     Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir, karena inquiri didasari oleh teori kognitif yang menekankan arti penting proses internal seseorang. Dengan demikian, pembelajaran inquiri selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inquiri bukan ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
2).    Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Kegiatan pembelajaran selama menggunakan pendekatan inquiri ditentukan oleh interaksi siswa. Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Guru hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
3).    Prinsip Bertanya
Inquiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan pertanyaan yang dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama pembelajaran inquiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran inquiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4).  Prinsip Belajar untuk Berpikir
       Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

d.   Prinsip Keterbukaan
Inquiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan  pembelajaran aktif  yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.
     e.   Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inquiri
     Metode inquiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Inquiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
 Peran utama seorang guru dalam proses pembelajaran inquiri menutrut  Gulo, 2002) adalah :
1)   Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
2)   Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3)   Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4)   Aministrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
5)   Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6)   Manajer. Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.   
7)   Rewarder. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka pening  katan semangat inquiri pada siswa
f.    Kelebihan Inquiri
1)   Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir sebab ia berfikir dan  menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.
2)   Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari  jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya.
3)   Dapat melatih peserta didik untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
g.  Kelemahan Inquiri
1)        Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasan peserta didik  yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang   
  efektif.
2)   Metode inquri kurang cocok pada peserta didik tingkat dasar.

3.    Hakikat Berita
a.  Pengertian Berita
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia – KBBI (2001: 140), Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman. A.M. Hoeta Soehoet: 23 menyampaikan pengertian (definisi) berita, sebagai berikut:
1)  Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia.
2) Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi  pernyataan menusia yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat  hidupnya.
3) Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.
          Menurut Jani Yosef (2009; 27-32), Sebagian ahli komunikasi berpendapat ”nilai berita ” juga disebut sebagai ”nilai jurnalistik”. Terdapat 3 (tiga ukuran utama) dalam menentukan apakah suatu fakta layak dijadikan berita, yaitu di antaranya :
1) Penting. Kata penting mengandung dua pengertian, pertama ialah orang penting (orang ternama) dan peritiwa penting. Media sering mengangkat peristiwa  ataupun kegiatan yang dialami oleh orang penting menjadi sebuah berita.
2) Menarik. Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yaitu pada wartawan dan editor untuk menyeleksi berita yang layak disajikan atau terbit. Secara manusiawi, hal ”apa saja” atau ”siapa saja” yang memiliki nilai menarik dapat menimbulkan ” rasa ingin tahu” seseorang.
3) Human interest. Segala sesuatu yang memiliki nilai ”menyentuh insane manusia”, yang dapat menggugah perasaan seseorang dan membangkitkan rasa simpati khalayak. Contoh PMKS ( Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang tinggal di kolong jembatan dan ”minim” akan tingkat pendidikannya.
4) Kedekatan. Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan khalayak, baik dekat secara geografis maupun emosional (kekerabatan). Contoh  kasus Lapindo di Sidoarjo. Masalah ini mempunyai daya tarik secara geografis dan emosional dari khalayak di wilayah Jawa dan Sekitarnya.
     5) Ketegangan. Suatu peristiwa yang belum terselesaikan, akan tetapi akan menimbulkan kejadian lainnya. Contoh kasus Manohara, yang sampai dengan saat ini masih dalam ketegangan akan kebebasanya.
     6)  Kemajuan. Suatu peritiwa yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan di suatu negara, seperti prestasi gemilang anak bangsa di Pekan Raya Jakarta (PRJ ) dalam ajang lomba dan kreasi siswa SMK.
    7)  Berdampak Luas (impact). Kriteria lainnya dapat dipertimbangkan memiliki nilai berita ialah ”akibat” dari suatu peritiwa, keputusan atau kebijakan lembaga tertentu. Contoh kasus BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mengalami kenaikan harga, tentang konversi minyak tanah ke elpiji dan kebijakan lainnya. Hal ini berdampak luas kepada seluruh insan masyarakat, baik. itu berdampak positif maupun negatif.
    8) Aktual. Unsur aktual sangatlah penting dalam kegiatan jurnalistik, khususnya dalam proses produksi berita ”Aktualitas”. Berkembangnya teknologi saat ini, menyebabkan aktualitas memiliki tingkatan aktualnya mulai dari paling aktual, cukup aktual, dan kurang aktual.
          Masri Sareb Putra (2006; 24-25), menyatakan dalam teknik peliputan berita itu mencakup 3 Tahapan, yakni :
1)  Reportase (pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan, wartawan segera mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya.
2) Wawancara, sebelum melakukan wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan alat tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan pertanyaan. Setelah itu. wartawan melakukan tanya jawab dengan saksi mata dan sumber lainya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari tempat lain atau pihak-pihak terkait.
3) Riset Kepustakaan dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat mencari kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita. Seperti menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara membeli berita dari kantor berita.Teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini, para redaktur akan memberi penugasan kepada wartawan untuk mencari, menggali, dan mendapatkan informasi dari narasumber.
         Mengenai unsur penulisan berita yang dikenal dengan 5W+1H.
Jani Yosef ( 2009: 122), menyatakan rumusan 5W+1H, terdiri atas :
What   :    Menginformasikan apa yang terjadi.
Who    :    Menginformasikan siapa yang terkait dengan peristiwa.
Why    :    Menginformasikan kenapa atau mengapa ha itu terjadi.
Where  :    Menginformasikan di mana kejadian atau peristiwa itu terjadi.
Whe     :    Kapan peristiwa terjadi dan kapan pernyataan itu disampaikan.
How    :    Bagaimana peristiwa itu terjadi.

4.    Hakikat Majalah
          Pengertian Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, Majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya.     http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html
Menurut Kanis Barung, Djony Herfan, dan Joko Pinurbo (1998: 14-15) Arti penting majalah pengelolaan majalah sekolah dalam pengajar bahasa Indonesia.
a.    Siswa dilatih menulis berbagai  bentuk tulisan dengan memakai berbagai ragam bahasa Indonesia yang sesuai dengan rubrik yang tersedia. Dalam majalah sekolah ada beberapa rubrik, misalnya rubrik informasi  atau berita yang memungkinkan  siswa menggunakan ragam bahasa  jurnalistik, rubrik opini yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih  menggunakan ragam bahasa ilmiah, rubrik hiburan yang memungkinkan siswa memperoleh  kesempatan menerapkan penggunaan ragam bahasa.
b.    Lewat majalah sekolah dipublikasikan karya cipta siswa, seperti puisi, cerita pendek, cerita bergambar, dan cerita bersambung.
c.    Kegiatan permajalahan  dapat juga melatih siswa untuk terampil berbicara (dan menyimak) sesuai dengan konteks komunikasi. Untuk itu, pengadaan bahan penerbitan dapat dilakukan melalui  reportase. Dengan demikian, siswa harus mewawancarai beberapa tokoh yang yang menjadi sumber berita atau  atau sumber bahan tulisan. Tentu saja efek lain dapat meningkatkan kebiasaan siswa  berani berkomunikasi (secara resmi) dengan orang lain. Lagi-lagi ragam bahasa yang dipakai harus sesuai dengan status orang yang yang dihadapi. Dengan kata lain, secara tidak sengaja siswa berlatih menggunakan ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
              Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar kartun.
B.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.    Waktu Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI  1 Surakarta”  ini sudah penulis terapkan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di XII-AK 1 semester ganjil  di tahun 2015/2016.

2.    Tempat Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media  Majalah Sekolah di SMK NEGERI  1 Surakarta ” penulis terapkan di SMK NEGERI  1 Surakarta.

C.  Hasil yang Dicapai dari Teknik yang Dipilih
Setelah menerapkan pembelajaran teknik penulisan berita melalui inquiri dan media majalah sekolah dalam pembelajaran, di dalam maupun di luar kelas, banyak perubahan yang terjadi pada peserta didik. Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran dan dari hasil angket dan wawancara dengan peserta didik. Perubahan itu antara lain sebagai berikut.
1.    Penerapan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI  1 Surakarta Sangat Sederhana dan Praktis.
      Proses pembelajaran di kelas peserta didik memperoleh materi penulisan berita sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam RPP. Pembelajaran berdasarkan pada kompetensi isi, kompetensi dasar, indikator pencapaian pembelajaran.  Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan langkah-langkah:  a) mengamati (observasi); b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasikan; e) mengkomunikasikan.    
 Pembelajaran inquiri  dengan langkah-langkah a) merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya.
       Penulis menerapkan pembelajaran inquiri pada: a) KD3.1:  Memahami struktur dan kaidah teks berita baik melalui lisan maupun tulisan;  b) KD 4.1:  Menginterpretasi makna teks berita baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan pada KD 4.2: Memproduksi teks berita penulis lebih menerapkan pada project best learning.
Media untuk mengkomunikasikan kepada pembaca dengan memuatnya dalam majalah sekolah. Berikut proses pembelajaran hingga penerbitan majalah sekolah.
Gambar 1. Pembelajaran di kelas materi penulisan berita
Cara Praktis dalam jurnalistik, pembuatan majalah sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a.    Pertama Masa Persiapan.
Pengelola majalah menyiapkan penerbitan majalah sekolah, yakni membuat proposal. Proposal hendaknya dibuat dan dibahas oleh seluruh pengelola. Mulai dari soal nama majalah, visi-misi, rencana rubrikasi, jumlah halaman, hingga rencana pemasukan dan pengeluaran dalam pembuatannya.
Gambar 2. Pertemuan rencana penerbitan majalah sekolah 
b.    Kedua Masa Penulisan dan Pengeditan
Penulisan naskah pada dasarnya dapat dilakukan o;eh siswa, guru, maupun karyawan.  Penulisan naskah berita dilakukan dengan teknik pencarian berita melalui metode inquiri dengan modal pertanyaan dengan rumus 5W+1H kepada narasumber. Untuk memfokuskan isi, sebaiknya dilakukan rapat redaksi terlebih dulu. Jangan lupa, dalam redaksi itu harus ada kesepakatan bersama kapan batas akhir (deadline) pengumpulan naskah.

Gambar 3. Hunting Berita oleh peserta didik

Gambar 4. Penulisan naskah berita/artikel (news prosessing)
Gambar 5. Pemilihan naskah berita/artikel layak muat (news editing)
c.    Penentuan Naskah Layak Terbit
Setelah semua tulisan masuk ke meja redaksi, langkah berikutnya adalah menyelesaikan naskah layak muat dan mengeditnya. Editing dilakukan oleh editor, dan tugas itu bisa dilakukan oleh guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia.

Gambar 6. Pengeditan Naskah berita/artikel Layak Muat
d.    Lay out.
Pada masa ini, naskah yang telah dimuat ditata (lay out). Kalau pengelola majalah bisa me-lay out sendiri, itu lebih baik. Kalau tidak, minta bantuan orang lain yang ahli. Meski yang me-lay out orang lain, langkah baiknya ada salah seorang redaksi yang ikut mendampingi, untuk memudahkan lay outer manata sesuai dengan keinginan redaksi. Hasil lay out bisa diprint, untuk diedit ulang. Mungkin ada yang masih salah, kurang foto, atau yang lain. Langkah ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan isi majalah.

Gambar 7.  Proses Lay out  untuk cover majalah oleh peserta didik
e.    Pracetak.
Pada masa ini, pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto, tinggal membuat filmnya. Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah menggunakan film atau kalkir. Film pun ada dua pilihan yaitu separasi atau hitam putih.Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah. Kalau ingin bagus, bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya terbatas, bisa menggunakan kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah sekolah menggunakan film separasi untuk cover, sedangkan halaman isi menggunakan kalkir. Hal ini ditempuh dengan pertimbangan penghematan pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek. Dalam hal ini penulis bekerjasama dengan pihak majalah didik untuk membantu mewujudkan sebuah majalah jadi
Gambar 8  Pracetak dan cetak bekerjasama dengan wartawan
f.                          Kelima, pencetakan.
Ini adalah tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak majalah. Karenanya, redaksi harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul berpengalaman. Selain itu, perlu diperjelas waktu selesai pencetakan. Jangan sampai waktunya meleset dari keinginan pengelola. Setelah kelima hal itu dilakukan, bukan berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Adalah yang tidak kalah penting, yakni membagi majalah ke tangan pembaca.
2.    Pembelajaran Berakhir dengan Menghasilkan Produk yang Di dokumentasikan dalam Bentuk Majalah Sekolah.
Produk hasil pembelajaran sudah selesai dibuat dilanjutkan dengan mengkomunikasikan kepada pembaca dalam hal ini adalah peserta didik. Selain presntasi di kelas penulis lebih mewujudkan dalam pemuatan di majalah sekolah. dengan memanfaatkan media majalah sekolah peserta didik dapat menyalurkan kemampuan kreatifitasnya secara maksimal.
Bentuk cover majalah sekolah yang penulis buat beserta  peserta didik dengan cover depan dan cover belakang. Pembuatan Cover dibuat dengan memanfaatkan ap;ikasi Corel sebagai berikut:

3.    “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI  1 Surakarta” Berhasil Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan akurat, penulis mengadakan ulangan sebanyak 2 kali. Ulangan pertama dilaksanakan  penulis tanpa memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  tahun 2014. Dilengkapi dengan lembar kerja dari guru dalam hal ini adalah penulis. Pada ulangan yang kedua penulis dalam pembelajaran memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah.
Hasil yang dicapai setelah melakukan pembelajaran melalui inquiri dan media majalah sekolah dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil ulangan sebelum menggunakan metode inquiri dan media majalah sekolah dilaksanakan dengan hasil ulangan setelah guru menerapkan metode pembelajaran inquiri dan media majalah sekolah. Berikut daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah mamanfaatkan Inquiri dan media majalah sekolah
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1
SEBELUM MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH
No.
NIS
Nama Siswa
Nilai
1
11343
Aditiya Putri Ramadhan
51
2
11344
Afini Multiningsih
50
3
11345
Anggraeni Dea Alvialoka
64
4
11346
Anggraini Puspita Sari
64
5
11348
Astri Novitasari
52
6
11349
Burnia Eka Sanastri
64
7
11350
Diah Hayyu Nurmansa
60
8
11351
Dimah Widyaningsih
63
9
11352
Erlyana Widya Safitri
50
10
11353
Finca Ardila Arrinrin
52
11
11354
Govany Putri Permata Wury
50
12
11355
Herma Nugrahaningsih
65
13
11356
Ida Novita Sari
64
14
11357
Ismiyatun
64
15
11358
Krismonica Ayu Agustin
52
16
11359
Melodia Kenali Azhra
62
17
11360
Nova Indah Setyani
50
18
11361
Nur Anisah
62
19
11362
Nur Syamsiyah
61
20
11363
Okti Dwi Lestari
49
21
11364
Pratiwi Nugraheni
52
22
11365
Prisilia Mayang Sari
50
23
11366
Prita Astrid Mardaninggar
52
24
11367
Raka Resky Arum Ningtyas Sejati
52
25
11368
Resa Ramadani
50
26
11369
Riana Ika Dewi
52
27
11370
Riska Melina
51
28
11371
Siti Qomariyah
62
39
11372
Sri Utami
64
30
11373
Sri Wulan Cahya Ningrum
63
31
11374
Vianitasari Kusuma Pratiwi
64
Rata-rata
54
Nilai tertinggi
65
Nilaiterendah
49
Tabel 1:  Nilai sebelum melalui inquiri dan majalah sekolah

DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1
SETELAH MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH
No.
NIS
Nama Siswa
Nilai
1
11343
Aditiya Putri Ramadhan
83
2
11344
Afini Multiningsih
82
3
11345
Anggraeni Dea Alvialoka
84
4
11346
Anggraini Puspita Sari
90
5
11348
Astri Novitasari
82
6
11349
Burnia Eka Sanastri
84
7
11350
Diah Hayyu Nurmansa
80
8
11351
Dimah Widyaningsih
83
9
11352
Erlyana Widya Safitri
77
10
11353
Finca Ardila Arrinrin
80
11
11354
Govany Putri Permata Wury
76
12
11355
Herma Nugrahaningsih
90
13
11356
Ida Novita Sari
84
14
11357
Ismiyatun
84
15
11358
Krismonica Ayu Agustin
75
16
11359
Melodia Kenali Azhra
82
17
11360
Nova Indah Setyani
75
18
11361
Nur Anisah
82
19
11362
Nur Syamsiyah
81
20
11363
Okti Dwi Lestari
79
21
11364
Pratiwi Nugraheni
75
22
11365
Prisilia Mayang Sari
75
23
11366
Prita Astrid Mardaninggar
77
24
11367
Raka Resky Arum Ningtyas Sejati
80
25
11368
Resa Ramadani
75
26
11369
Riana Ika Dewi
77
27
11370
Riska Melina
75
28
11371
Siti Qomariyah
75
39
11372
Sri Utami
80
30
11373
Sri Wulan Cahya Ningrum
79
31
11374
Vianitasari Kusuma Pratiwi
80
Rata-rata
80
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
70

Tabel 2:  Nilai setelah melalui inquiri dan majalah sekolah

                       Berdasarkan data di atas, Tampak bahwa rata-rata nilai peserta didik naik dari rata-rata 54 sebelum menggunakan inquiri dan media majalah menjadi rata-rata 80 setelah menggunakan inquiri dan media majalah. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan darai 5.4 menjadi 80. Disamping itu peserta didik juga semakin antusias dalam memproduksi penulisan berita dilanjutkan dengan mengkomunikasikan baik melalui presentasi di kelas maupun melalui media majalah sekolah.

E.   Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanakan 
Setiap pemecahan masalah pasti ada kendala  yang dihadapi. Demikian juga dalam penerapan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui  Inquiri dan Media  Majalah Sekolah” yang ada di SMK NEGERI  1 Surakarta. Meski demikian kendala tersebut tidak mengurangi semangat penulis untuk terus menerapkannya dalam pembelajaran dan pembimbingan peserta didik. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut.
1.         Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.         Secara umum peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran Bahasa indonesia, karena terobsesi dengan anggapan pelajaran bahasa Indonesia pelajaran yang sulit dan membosankan.
b.        SMK NEGERI  1 Surakarta konsentrasi pada program kompetensi manajemen, sehingga dalam pelajaran yang sifatnya lebih banyak ke teoritis kurang begitu tertarik.  Sedangkan pada mata pelajaran produktif, misalnya akuntansi, perpajakan, dan kearsipan lebih tertarik daripada pelajaran bahasa Indonesia.
c.         Konsentrasi  peserta didik menurun ketika pembelajaran bahasa Indonesia terjadwal  pada jam-jam akhir pembelajaran, karena SMK NEGERI  1 Surakarta selesai pembelajaran pukul 15.30.

2.         Dalam Pembimbingan (Majalah Sekolah) Peserta Didik
a.         Input nilai yang bervariasi.
b.        Pembimbing majalah sekolah terbebani mengajar lebih dari 24 jam per minggu.
c.         Waktu pembimbingan sangat kurang, karena peserta didik sudah menghabiskan waktu dalam pembelajaran dan praktek.
d.        Faktor biaya yang dibutuhkan untuk sumber dana terbatas.

F.    Faktor Pendukung
1.    Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.    Ruangan kelas sebagai tempat penulisan naskah berita dalam pembelajaran di kelas cukup nyaman, proporsional, dan nyaman.
b.    Tersedianya LCD di setiap ruang kelas.
c.    Kepala sekolah yang selalu mendukung upaya peningkatan kreatifitas, kualitas, dan inovasi pembelajaran, misalnya mengadakan supervisi kelas hingga pemberian tindak lanjut.
d.   Teman-teman guru yang selalu siap diajak berdiskusi tentang  pembelajaran demi kemajuan peserta didik.
e.    Peserta didik  yang memiliki jiwa dan semangat yang tinggi untuk berkembang dan maju.

2.    Dalam Pembimbingan (Majalah Sekolah) Peserta Didik
a.    Kekompakan peserta didik dalam mempersiapkan penulisan berita dalam pembelajaran hingga sampai pada penerbitan majalah sekolah.
b.    Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah sangat memadai.
c.    Peserta didik memiliki kualitas untuk mengembangkan diri untuk berkreatifitas sekaligus untuk berprestasi.
d.   Kepala  sekolah, wakil  kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa yang selalu siap diajak berdiskusi tentang  materi dan strategi pembimbingan dalam segala bentuk kegiatan.
e.    Peserta didik tekun dalam mengikuti bimbingan dan menyelesaikan target pencapaian dalam belajar.

G.    Alternatif Pengembangan
         “Pembelajaran  Teknik Penulisan Berita Melalui  Inquiri dan Media  Majalah Sekolah” merupakan perpaduan yang harmonis antara teknik penulisan strategi pembelajaran dan media sebagai tempat untuk mengkomunikasikan hasil karya peserta didik. Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan naskah berita di majalah sekolah selalu memberikan bimbingannya dengan semangat tinggi saat dibutuhkan oleh peserta. Terutama dalam pencarian berita, peserta didik harus sudah tertanam dengan kuat semangat inquiri. Dimana peserta didik didik harus melaksanakan tugas mencari bahan pemberitaan dengan modal beberapa pertanyaan untuk melakukan wawancara dengan narasumber.
               Pembelajaran dengan strategi inquiri dibutuhkan kemampuan berpikir peserta didik,  sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses menemuka sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif  yang telah dimiliki siswa. Pada akhirnya akan memperoleh hasil berupa artikel berita yang layak terbit.
    Jadi alternatif pengembangan “Pembelajaran  Teknik Penulisan Berita Melalui  Inquiri dan Media  Majalah Sekolah” terletak pada kemampuan berpikir peserta didik merupakan unsur untak yang harus ada pada semua peserta didik. Pengembangan metode Inquiri dalam menemukan berita terletak pada bagaimana guru mampu mengarahkan strategi pembelajaran aktif ini dengan mengkombinasikan dengan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi ruang belajar dan karakteristik materi ajar. Karena model, metode, teknik dan media pembelajaran tidak selalu tepat untuk materi yang berbeda. Selain itu guru diakhr pembelajaran dapat melengkapi juga dengan memberikan penghargaan dan penguatan pada peserta didik di dalam pembelajaran. Bentuk penghargaan dan penguatan dapat dikembangkan guru sesuai dengan karakter peserta didik. Dalam hal ini satu penghargaan dapat termuat dalam majalah merupakan satu kebanggaan tersendiri bagi peserta didik.





























BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil kreatifitas peserta didik yang dicapai, peningkatan pemahaman terhadap teknik penulisan dan langkah-langkah menerbitkan majalah serta semangat peserta didik meningkat. Peningkatan tersebut berdampak baik pada peserta didik dalam hasil pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan menggunakan teknik penulisan berita melalui  Inquiri dan media  majalah sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode inquiri dan media majalah sekolah ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran penulisan berita pada kelas XII AK-1 semester ganjil 2015/2016.

B.  Rekomendasi
1.    Bagi guru, hendaknya menerapkan metode inquiri dalam pembelajaran dengan pengembangan pada teknik dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas, karakteristik peserta didik, dan karakteristik materi ajar. Guru harus selalu memberikan penguatan dan penghargaan kepada peserta didik, baik ketika berhasil ataupun gagal dalam menyelesaikan masalah/tugas. Metode inquiri diterapkan pada semua mata pelajaran di luar Bahasa Indonesia.
2.    Bagi guru Bahasa Indonesia yang membimbing penulisan majalah, bisa menerapkan metode inquiri ini dalam pembimbingan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan karakteristik peserta didik.
3.    Bagi Kepala Sekolah, hendaknya menyarankan semua guru untuk menerapkan metode inquiri agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (outdoor learning). Kepala sekolah hendaknya juga memberikan dukungan penuh bagi guru yang malakukan upaya peningkatan kualitas sekolah, baik secara materiil maupun immaterial.


DAFTAR PUSTAKA
Akhlan Husein dan Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
          Depdikbud.

Barung, Kanis, dkk. Dasar- Dasar Penerbitan Majalah Sekolah. Jakarta: 1998. Grasindo,

Dahar, R.W., dan Liliasari. 1986.  Interaksi belajar mengajar IPA. Jakarta:     
          Universitas Terbuka Jakarta.

Hoeta, Soehoet, AM. 2003.  Dasar- Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP.

Gino, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Universitas  Sebelas Maret Press.

Gulo, 2002. Pembelajaran InquiriBandung : PT Genesindo 
Hambalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi  Aksara.

Putra, Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta:  PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Tarigan, Djago dan Akhlan Husen. 1996. Rancangan Pelaksanaan  Pembelajaran  Bahasa Indonesia SMTP. Jakarta: Depdikbud,

Waluyo, Herman. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:  Hanindita.

Yosef, Jani. 2009. To Be Journalist Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha  Ilmu.
Read more
 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates