14 TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA KELAS XII SEMESTER GENAP
Rabu, 25 Januari 2017
TEKS EDITORIAL/TAJUK RENCANA KELAS XII SEMESTER
GENAP
Teks editorial/tajuk rencana
Adalah teks
yang berisi pendapat redaksi terhadap suatu isu/masalah aktual. Isu tersebut
meliputi masalah politik, sosial, atau pun masalah ekonomi yang memiliki
hubungan secara signifikan dengan politik.Teks editorial/opini rutin ada di
koran atau majalah. Pengungkapan teks ini harus dilengkapi dengan bukti, fakta,
maupun alasan yang logis agar pembaca atau pendengar bisa menerimanya.
Isi tek editorial/tajuk rencana
Menyikapi
situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
olah raga dan sebagainya.
Tujuan teks editorial/opini:
Meliputi: 1)
mengajak pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah (isu/topik) yang sedang
hangat terjadi di kehidupan sekitar; 2) memberikan pandangan kepada pembaca
terhadap isu yang sedang berkembang.
Manfaat teks editorial/opini
Teks
editorial memberi informasi kepada pembaca, untuk merangsang pemikiran, dan
terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak.
Fungsi Teks Editorial/Opini:
Meliputi: 1)
fungsi tajuk rencana umumnya menjelaskan berita dan akibatnya pada masyarakat; 2) mengisi latar belakang dari kaitan berita
tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh;
3) terkadang ada analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat
akan kemungkinan yang bisa terjadi; 4) meneruskan penilaian moral mengenai
berita tersebut.
Ciri-Ciri
Teks Editorial/Opini
1) berisi
opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan; 2) berisi
ulasan tentang suatu masalah yang dimuat; 3) biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita
tersebut memberi dampak kepada nasional; dan 4) tertuang pikiran subjektif redaksi.
Struktur teks editorial/opini:
Struktur
teks editorial/membangun ada 3 struktur:
1) orientasi, pernyataan
pendapat (tesis): bagian berisi sudut pandang penulis mengenai masalah
yang dibahas. Biasanya sebuah teori yang akan diperkuat oleh argumen; 2) isi/tubuh, menyampaikan argumentasi:
alasan atau bukti yang digunakan guna memperkuat pernyataan dalam tesis, walau
secara umum argumentasi diartikan untuk menolak suatu pendapat. Argumen bisa
berbentuk pertanyaan umum/data hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun
fakta-fakta berdasarkan referensi yang bisa dipercaya; dan 3) reorientasi, berupa penyataan/Penegasan
ulang pendapat: bagian penutup ini berisi penegasan ulang pendapat yang
didorong oleh fakta di bagian argumentasi guna memperkuat/menegaskan. Ada di bagian
akhir teks.
Fakta dan opini yang terdapat
di dalam editorial meliputi sebagai berikut:
Fakta
umum, adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang.
Atau informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum teruraikan secara khusus
tentang nama tempat, objek peristiwa, pelaku, dan sebagainya. Contoh: 1)
Matahari terbit di sebelah Timur; 2) Sukabumi merupakan salah satu
kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat; 3) Ayah baru pulang
dari Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya; dan 4) Puluhan
pedagang kaki lima dan warung pinggir jalan terkena razia.
Fakta
khusus (spesifik), adalah kebenaran
yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Atau Informasi yang berisi
kejadian/peristiwa lalu dijelaskan secara terperinci dan detail. Contoh:
1) Pak Yayan makan bakso; 2) Ayah baru pulang dari
Prancis, paman dan kakak sedang menjemputnya di Bandara Juanda Surabaya kemarin
siang; dan 3) Puluhan pedagang kaki lima di Jalan Diponegoro dan
warung pinggiran terkena razia kemarin pagi.
Pendapat
atau opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena
bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis
biasanya ada kata, menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan
sejenisnya, maka kalimat tersebut berupa kalimat opini. Kalimat opini dibedakan
menjadi kalimat opini perorangan dan opini umum.
Ciri-ciri
opini:
Ciri-ciri
opini meliputi: 1. Belum terjadi (baru rencana); 2. Berupa pendapat; 3. Bersifat subjektif;
dan 4. Keterangannya belum jelas.
Jenis-Jenis Opini:
1. Opini perorangan (subjektif): pendapat berdasarkan pandangan pribadi/orang-orang tertentu
saja. Contoh: a) Menurut para ahli, pada tahun 2020 penduduk Indonesia akan mencapai
400 juta jiwa. b) Menurut saya, pakaian yang dikenakan pria itu sepertinya
bagus sekali. Sepertinya jalanan ini akan banjir.
2. Opini umum (objektif) : pendapat berdasarkan pandangan (orang banyak/ khalayak
umum). Contoh: a) Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri
sendiri. b) Terjadinya tsunami pada tahun 2004 di daerah Aceh menewaskan banyak
korban. c) Dengan giat belajar dan tekun, akan menjadikan kita semakin pandai.
Informasi-informasi
yang kita peroleh dari teks editorial bemacam-macam sesuai dengan sudut pandang
penulisnya. Editorial yang baik adalah yang memiliki kualitas dan kemanfaatan informasi
yang banyak untuk pembaca. Kualitas sebuah editorial yang baik adalah:
a) editorial harus membawa rasa kelembagaan atau loyalitas yang berarti media
seharusnya “berbicara” dalam editorial, bukan sebagai usaha individu; b) bahasa dari editorial harus jelas dan
tidak ambigu. Walaupun tujuan dari editorial adalah untuk memengaruhi,
mendidik, atau menghibur penonton, bahasa yang digunakan harus dipahami oleh
target penonton. Jika tidak, misi dari sebuah editorial tidak akan tercapai; c)
dalam menulis editorial, editor harus selalu tepat; d) editorial harus kaya
dengan nilai kemanusiaan; e) sebuah editorial harus mudah diingat dan mampu
menarik perhatian; dan f) setiap editorial harus asli. Ketujuh, editorial harus
diteliti dengan baik karena editorial harus didasarkan pada fakta yang konkret
dan bukan spekulasi.
Editorial sebagai
penyampai informasi kepada masyarakat dalam menyikapi situasi yang berkembang
di masyarakat luas juga menyampikan latar belakang berita yang berkaitan dengan
kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Lebih
lanjut disampaikan jenis-jenis dari editorial berikut:
1. Untuk menjelaskan atau memaparkan.
Tujuan dari editorial ini lebih berupa essai yang berisi penjelasan. Editor
berusaha untuk menafsirkan atau menginformasikan fakta atau isu yang
berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Dalam lingkup ini, editor sering
menggunakan
editorial untuk menjelaskan cara media itu menanggapi subjek berita
yang sensitif dan
kontroversial.
2. Untuk menilai atau mengkritik
Jenis yang pertama, editorial berbentuk penjelasan atau pemaparan. Tujuan
editorial ini adalah untuk menilai atau mengkritik. Ini editorial konstruktif
mengkritik tindakan, keputusan atau situasi sambil memberkan solusi untuk
masalah diidentifikasi. Jika editorial mengkritik, harus selalu konstruktif. Apabila
media mengkritik maka media memiliki kewajiban untuk menawarkan solusi
alternative atau tindakan. Maka pendapat akan dipercayai oleh masyarakat.
Editorial sebagai evaluasi adalah editorial yang fokus mengevaluasi pada
tindakan atau situasi yang sedang membutuhkan perbaikan atau yang patut dipuji.
Harapan jangka pendek adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca untuk
melihat masalah yang sedang diangkat.
3. Mengajak atau mempersuasi
Editorial sebagai persuader merupakan tujuan yang ketiga. Tujuan ini terlihat ketika editorial yang
mengajak atau menawarkan solusi spesifik untuk suatu masalah yang sedang
dihadapi. Editorila persuasif dapat memberikan kepemimpinan dalam sebuah
perubahan. Oleh karena itu, maksud dari editorial ini mengajak untuk segera
melihat pada solusinya bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca akan
didorong untuk mengambil tindakan dan sikapn yang positif. Salah satu contoh
editorial persuasi adalah dukungan terhadap kinerja politik.
4. Pujian.
Jenis editorial yang terakhir adalah editorial yang berbentuk pujian.
Editorial ini bermaksudkan untuk memuji seseorang atau organisasi yang telah
memiliki prestasi atau kinerja yang baik. Dalam editorial ini pun perlu
dicantumkan alas an tertentu mengapa orang atau organisasi inti pantas untuk
dipuji.
Langkah-Langkah
Menyusun Editorial
Menurut
Alan Weintraut dalam tulisannya “Writing An Editorial” berikut: 1) Tentukan
topik yang signifikan dengan sudut pandang berita terkini yang menarik minat
pembaca; 2) kumpulkan berbagai informasi dan fakta,termasuk laporan objektif;
lakukan penelitian; 3) kemukakan opini Anda secara singkat dengan model
pernyataan tesis; 4) Jelaskan isu tertentu secara objektif sebagai wartawwan
dan katakan mengapa situasi tersebut sangat penting dibicarakan; 5) berikan
terlebih dahulu sudut pandang berlawanan bersama beberapa kutipan dan fakta
yang ada; 6) sanggah atau tolak sisi yang lain dan kembangkan kasus Anda dengan
menggunakan fakta-fakta, detail-detail, tokoh-tokoh, dan kutipan-kutipan. Kesampingkan
sisi logika lainnya; 7) mengakui poin yang berlawanan--poin-poin tersebut tentu
memiliki poin yang baik yang dapat diakui untuk membuat Anda tampak rasional;
8) ulangi frasa kunci untuk memperkuat ide hingga melekat dalam benak pembaca;
9) berikan solusi yang realistik kepada masalah yang di luar pengetahuan umum.
Berikan dorongan untuk pemikiran kritis dan tindakan yang proaktif; 10) ringkaslah
menjadi suatu kesimpulan yang menegaskan kembali pernyataan pada tesis awal;
11) Jagalah agar tidak lebih dari 500 kata; setiap tulisan diperhatian, hindari
penggunaan kata "saya". (Pada faktanya, hal ini tergantung kebijaksanaan
dari masing-masing media).
Kebahasaan
dalam Teks Editorial
Kalimat Utama dan
Kalimat Penjelas
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan utama
sebuah paragraf. Dengan kata lain, kalimat inilah yang mengutarakan atau
menyampaikan topik yang akan dibahas dalam sebuah paragraf. Kalimat utama
terletak di bagian awal, akhir, atau keduanya di dalam sebuah
paragraf. Paragraf yang kalimat utamanya terletak di bagian awal paragraf
disebut dengan paragraf deduktif. Sementara itu, paragraf yang kalimat utamanya
terletak di akhir disebut dengan paragraf induktif, sedangkan paragraf yang
memiliki dua buah kalimat utama yang terletak dibagian awal dan akhir adalah
paragraf campuran.
Kalimat
penjelas di dalam sebuah paragraf juga disebut dengan kalimat pendukung. Hal
ini dikarenakan kalimat-kalimat ini mendukung apa yang dituliskan dalam kalimat
utama. Kalimat ini berisi uraian, penjelasan, bukti, data, maupun statement-statement
yang mendukung kalimat utama.
Teks
opini editorial dalam penyusunannya selalu membutuhkan kata keterangan
modalitas (keterangan cara). Modalitas berfungsi untuk menyatakan sikap dalam berkomunikasi
membentuk kalimat yang mengarah pada
saran atau anjuran dari opini dan solusi alternatif sesuai sudut pandang
penuliseditorial.
Chaer
(1994: 262) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan modalitas adalah keterangan
dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan,
yaitu mengenai perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan
bicaranya. Sikap ini dapat berupa pernyataan kemungkinan, keinginan, atau
keizinan. Dalam bahasa Indonesia, modalitas dinyatakan secara leksikal.
Modalitas
Bentuk-bentuk
keterangan cara (modalitas): 1) untuk menyatakan kepastian: memang, niscaya,
pasti, sungguh, tentu, tidak, bukannya, dan dan bukan; 2) untuk menyatakan
pengakuan: ya, benar, betul, sebenarnya, malahan; 3) untuk menyatakan
kesangsian: agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, dan rupanya; 4) untuk
menyatakan keinginan: moga-moga, dan mudah-mudahan; 5) untuk menyatakan ajakan:
baik, mari, hendaknya, dan kiranya; 6)
untuk menyatakan larangan: jangan; untuk menyatakan keheranan: masakan,
mustahil, dan mana boleh.
Adverbia
Adverbia merupakan kata keterangan ditujukan agar pembaca meyakini teks
yang dibahas, dengan menegaskan menggunakan kata keterangan (adverbia
frekuentatif). Kata yang biasa digunakan yaitu: selalu,
biasanya, sering, kadang-kadang, sebagian besar waktu, jarang,
dan lainnya.
Jenis verba (kata kerja) meliputi:
Contoh: a.
Ayah membaca koran
kompas pagi ini.
b. Ananda menulis puisi sambil membayangkan
indahnya pemandangan Pantai
Kute.
2. Verba relasional
a. Verba yang menunjukkan hubungan
intensitas (pengertian A adalah B), verba relasional identifikasi. Terdapat
partisipan token (token) atau teridentifikasi
(identified) dan nilai (value) utau pengidentifikasian (identifier).
Contoh: Ayah (token)
adalah (verba rasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai).
b. Sirkumstansi ( yang mengandung pengertian A pada/di
dalam B), verba relasional
atributif.
Terdapat partisipan penyandang (carrier)
dan sandangan (atribute).
Contoh: Ayah (penyandang) mempunyai (verba) (relasional atributif) mobil baru
(sandangan)
3. Verba mental, verba yang
menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa), afeksi
(misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya
berpikir, mengerti). Pada verba
mental ini terdapat partisipan pengindraan
(senser) dan fenomena.
Contoh:
Saya mempercayai bahwa ...
Menurut saya lebih baik kalian pulang
setelah hujan reda.
Saya berpendapat ...
Ayah
(pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).
Saya khawatir dengan keadaan sakit
anak itu.
Konjungsi
Dalam teks
editorial/tajuk rencana digunakan bahasa yang menunjukkan sikap meyakinkan dan
mempertegas dalam argumentasi dengan memunculkan konjungsi. Konjungsi konjungsi tersebut adalah:
a. Untuk
menata argumentasi diperlukan konjungsi temporal, seperti: pertama, kedua, ketiga dan seterusnya atau dengan mula-mula, kemudian,
berikutnya, selanjutnya dan sebagainya.
b. Untuk memperkuat argumentasi digunakan
konjungsi penguatan, seperti : bahkan,
juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, justru dan
lain-lain.
c. Untuk menyatakan hubungan sebab diperlukan
konjungsi penyebaban, misalnya : sebab,
karena, karena itu, maka dan sebagainya.
d. Untuk
menyatakan harapan digunakan konjungsi : agar,
supaya.
e. Untuk menyatakan simpulan digunakan konjungsi : dengan demikian, oleh karena itu.
Kalimat Efektif dan Efisien
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), efektif adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna. Pengertian
secara sederhananya, efektif berarti bisa mencapai hasil sesuai harapan. Tolak
ukur keberhasilan dalam meraih tujuan yang telah ditentukan disebut
efektifitas. Jadi kalimat efektif adalah kaliamat yang berhasil membentukdan
menyampaikan makna/pesan sesuai dengan
kegunaannya.
Contoh penggunaan kata efektif dalam
kalimat:
1.
Obat ini efektif meredakan sakit kepala.
Artinya, obat ini manjur meredakan sakit kepala.
2.
Dia berhasil mengerjakan tugasnya dengan
efektif. Artinya, dia berhasil mengerjakan tugasnya dengan sukses.
3.
Kinerja ponsel pintar ini sangat efektif
ketika menjalankan aplikasi berukuran besar. Artinya, kinerja ponsel pintar ini
sangat sesuai harapan pengguna ketika menjalankan aplikasi berukuran besar.
Pengertian
kata efisien menurut KBBI adalah tepat untuk mengerjakan sesuatu tanpa
membuang-buang waktu. Jadi bisa diterjemahkan bahwa efisien yaitu hemat waktu,
serta hemat biaya dan hemat tenaga. Sedangkan efisiensi dapat dimaksudkan
sebagai ketepatan menjalankan tugas dengan baik dan tepat tanpa membuang-buang
waktu, biaya, dan tenaga. Jadi kaliamat efisien adalah kalimat yang dapat
membentuk/menyampaikan makna secara
singkat, padat, dan jelas.
Contoh penggunaan kata
efisien dalam suatu kalimat, di antaranya :
2. Michael
berhasil mengerjakan tugasnya dengan efisien. Artinya, Michael berhasil
mengerjakan tugasnya dengan tepat waktu.
3. Kinerja komputer ini
sangat efisien ketika menjalankan software berukuran besar. Artinya, kinerja
komputer ini sangat cepat ketika menjalankan software berukuran besar.
Tugas Tak Terstruktur:
1. a. Jika kalian dalam pembelajaran
menggunakan buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik, bacalah teks editorial “Menjual
Sambari Menjaga Nirwana” hal 5-7 dan
“Sastra
Facebook, Sebuah Alternatif Pengembangan Proses Kreatif”” Hal 39.
b. Jika kalian
menggunakan buku “Produkif Berbahasa
Indonesia”, bacalah teks editorial
yang berjudul “ Ijazah Tak Cukup Lagi” hal
149.
2. Setelah memahami isi teks editorial tersebut,
identifikasikanlah berdasarkan strukturnya dengan benar!
3. Analisislah kaidah kebahasaan yang terdapat
pada teks tersebut!
4. Interpretasi isi makna teks editorial/tajuk
rencana tersebut dengan tepat!
Daftar
pustaka
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Henry
Guntur Tarigan. 2015. Membaca Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Praktis Edisi Revisi. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Weintraut, Alan. Tanpa Tahun. Writing an Editorial. Dalam http://www.geneseo.edu/~bennett/EdWrite.htm
Tugas Tak Terstruktur:
1. Tulislah hasil menulis editorial kelompok (staf redaksi)
kalian yang sudah
dianggap layak terbit dengan ketentuan
tulisan yang telah disepakati!
2. Perhatikan penulisan judul, penggunaan huruf kapital, penulisan
tanda baca, penulisan istilah, dan penggunaan konjungsi dll!
3. Ketiklah teks editorial
kalian menggunakan huruf Times New Romans dua belas dengan spasi satu setengah.
4. Menggunakan kertas kwarto!
5. Presentasikan hasil
penulisan editorial kalian di depan kelas!
6. Teman yang lain
mengomentari hasil penulisan editorial kalian!
7. Mintalah hasil penulisan
editorial pada tiap kelompok, kemudian jilidlah sebagi hasil produk kalian
dalam pembelajaran.
8. Kirimlah hasil penulisan
editorial kalian ke Blog Gurumu sebagai pembelajaran dengan pemanfaatan IT!
13 Contoh Best Practice Guru
Minggu, 31 Juli 2016
CONTOH
BEST PRACTICE GURU
BEST PRACTICE GURU
DALAM
TUGAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
JUDUL:
PEMBELAJARAN
TEKNIK PENULISAN BERITA MELALUI INQUIRI
DAN MEDIA MAJALAH SEKOLAH DI SMK NEGERI
1 SURAKARTA
Oleh:
Esti
Suryani, M.Pd
NIP. 196902282008012015
Guru SMK Negeri 1 Surakarta
Jawa Tengah
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 1 SURAKARTA
Jl.
Sungai Kapuas No. 28 Telp./Fax (0271) 653085 Surakarta 57113 Website :
http//www.SMKN1.sch.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Guru bagi
penulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan hingga setelah
menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Cilacap, melanjutkan ke perguruan tinggi
tahun 1988 UAD/IKIP Muhamadiyah
Yogyakarta di FPBS/PBSI Yogjakarta.
Tahun 1994 penulis mulai menjadi GTT di SMA
Batik 1 Surakarta. Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan mengampu
ekstrakurikuler teater.
Tahun
2004 penulis lolos dalam seleksi ujian sebagai guru bantu. Alhamdulillah, Awal
tahun 2010 penulis menerima SK PNS. Tahun 2010 penulis berhasil meraih Magister
Pendidikan (M.Pd). Selain mengajar, di sekolah penulis membimbing pembuatan
majalah sekolah, membimbing lomba bidang sastra dan membimbing siswa dalam
penulisan karya tulis ilmiah.
Melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi bukan berarti penulis melalaikan kewajiban
sebagai ibu dan istri. Penulis tetap mengurus keperluan keluarga dengan baik
dan tanggung-jawab. Penulis juga tetap melaksanakan Tupoksi sebagai pendidik.
Di sela-sela proses pembelajaran, penulis tetap lengkap membuat perangkat
pembelajaran di awal semester, mengajar, melakukan evaluasi dan analisis hasil
pembelajaran. Penulis juga terbuka membantu teman-teman guru dalam menyusun
perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, memahami strategi pembelajaran,
dan membuat Best Practic ataupun PTK.
Penulis juga mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan kreatifitas
sekaligus meningkatkan hasil balajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia
Berawal dari sikap peserta didik dan guru yang
merasa kesulitan ketika dimunculkan ide tentang pembuatan majalah sekolah.
Penulis sering mendengar banyak pernyataan yang sering diutarakan peserta didik
ketika ditanya mengenai pembuatan majalah sekolah. Hal ini dikarenakan tidak
ada materi dalam mata pelajaran secara khusus mengenai pembuatan majalah
sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi teks berita tetapi
sifatnya hanya sampai pada mereproduksi belum ada tindak lanjut sampai pada
penerbitan majalah.
Belum
lagi anggapan peran majalah sekolah sebagai media pengajaran bahasa Indonesia
belum mendapat perhatian secara luas dikalangan guru bidang studi. Masih
langka, bahkan belum ada yang merintis pengelolaan majalah praktis yang
berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler bahasa Indonesia. Penyebabnya karena
kurang kreativitas guru untuk memodifikasi bentuk majalah yang sudah lama
menjadi tren di sekolah (Barung, 1998: 98).
Tiada
kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk dalam pembuatan
majalah sekolah. Untuk itu penulis dalam best practice ini mencoba menyampaikan
pengalaman sederhana tetapi sangat menarik dilengkapi dengan pemecahan masalah.
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita
Melalui Inquiri dan Media Majalah
Sekolah” yang tepat dapat menjadi salah satu solusinya. Jika penulisan berita
sudah baik maka akan dengan mudah menerbitkan dalam sebuah majalah sekolah. Hal
ini tentu harus didukung oleh sarana-prasarana penunjang dari sekolah. .
SMK NEGERI 1 Surakarta sebagai tempat penulis mengabdi
sebagai guru tidak memiliki ekskul jurnalistik. Hal itu tidak berarti harus
menutup pintu untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara substansi
juga diajarkan dalam setiap mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa,
maupun bahasa Inggris. Yang terpenting, adakah kemauan sekolah untuk
membuatnya. Tentunya kemauan ini tidak hanya dari guru bahasa Indonesia
saja, tetapi harus didukung berbagai komponen sekolah, mulai dari kepala
sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu
sendiri.
B. Pendekatan Penyelesaian Masalah
Pemecahan
masalah harus disesuaikan dengan pokok penyebab permasalahan sehingga
benar-benar efektif. Permasalahan utama yang menjadi pemikiran penulis adalah
kurangnya kemampuan peserta didik Untuk
memecahkan masalah tersebut, penulis menerapkan “Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah
Sekolah”
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
Rumusan masalah dan pendekatan penyelesaian masalah yang sudah diuraikan di
atas maka, tujuannya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik penulisan
berita melalui inquiri.
2.
Untuk
mengetahui cara penerbitan media majalah sekolah.
D. Manfaat
1) Secara Teoritis:
a. Bagi peserta didik dapat memahami teknik dalam hal memperoduksi
teks berita yang baik yang dapat diterbitkan di majalah.
b. Dapat mengaplikasikan teori yang
diperoleh pada pembelajaran di kelas.
2) Secara Praktis
Dapat menjadi alat penyampaian
informasi dan wawasan tentang berita dan media berita sekaligus dalam mempromosikan sekolah pada
masyarakat pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Pembahasan suatu masalah akan
lebih tepat dan akurat apabila dilandasi oleh beberapa teori yang terkait
dengan pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas untuk dicari
pemecahannya dalam tulisan ini adalah masalah pembelajaran, teknik penulisan
berita, inquiri, dan media majalah
sekolah. Berikut ini dipaparkan teori
yang terkait dengan masalah tersebut.
1.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Menurut Tarigan dan Akhlan (1996: 4) pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran
merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian
yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses
belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik
tolak dalam merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Akhlan Husein dan Rahman (1996: 3) berpendapat
bahwa pembelajaran mengandung pengertian sebagai suatu proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang di maksud adalah siswa, yaitu
warga belajar yang mempunyai tugas belajar.
Oemar Hamalik (2003: 57) juga mengemukakan ada tiga pengertian
pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik;
2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik; dan 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tarigan dan Akhlan (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau kriteria
pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: 1) pembelajaran bahasa
Indonesia harus memiliki pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya,
misalnya pelajaran yang lalu, pengalaman siswa, atau peristiwa-peristiwa
penting; 2) pembelajaran bahasa Indonesia harus meningkatkan keterampilan
berbahasa siswa; 3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya
pikir dan daya nalar siswa; 4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya
bervariasi; 5) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa
terhadap keindahan bahasa dan ragam atau variasi bahasa Indonesia; 6)
pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa; 7)
pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan
berbahasa yang sesuai dengan situasinya; 8) pembelajaran bahasa Indonesia
meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia; dan 9) hasil
pembelajaran dapat dinilai.
Gino,
dkk (1995: 30) menyatakan istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau
“pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan.
Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru).
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, belajar mengajar menunjuk pada proses
interaksi guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain
belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru
sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.
Dari
pernyataan di atas, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
beberapa komponen, seperti guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.
Ada 3 ciri-ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
a.
Rencana, ialah penataan ketenagaan,
material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu
rencana khusus.
b.
Saling ketergantungan (independence) antara komponen pembelajaran
yang serasi dalam suatu keseluruhan, yang bersifat esensial dan masing-masing
memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai
tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar
siswa belajar. Salah satu komponen yang sangat penting dalam proses
belajar-mengajar yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran
dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar.
Bloom (dalam Waluyo, 2002: 162-167) membagi
tujuan belajar menjadi tiga, yaitu:
1) Kawasan Kemampuan Kognitif. Kemampuan
kognitif meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Pengetahuan, yang meliputi:
pengetahuan akan hal khusus, kejadian khusus, tentang cara dan alat, arah dan
urutan, penggolongan dan kategori, kriteria, metodologi, serta pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi.
b) Pemahaman, yang meliputi:
terjemahan, penafsiran, dan perhitungan atau ramalan.
c) Analisis, yang meliputi: analisis
unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsi-prinsip organisasional.
d) Sintesis, yang meliputi: hasil
komunikasi, hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang diusulkan, dan asal
mula dari rangkaian hubungan abstrak.
e) Evaluasi, yang meliputi:
pertimbangan mengenai kejadian internal, dan pertimbangan mengenai kriteria
eksternal.
2) Kawasan Kemampuan Afektif. Kemampuan
afektif meliputi lima
tingkatan, yaitu:
a)
Menerima,
menyangkut minat siswa terhadap sesuatu, misalnya menerima pelajaran apresiasi puisi yang ditandai dengan minat
atau perhatian positif yang dimiliki siswa terhadap apresiasi puisi.
b)
Responding,
artinya ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam
kegiatan apresiasi puisi.
c)
Menaruh
penghargaan, pada tingkat ini siswa mampu memberikan penilaian terhadap puisi
yang akan atau sudah dibacakan.
d) Mengorganisasikan sistem nilai.
Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling terkait, sehingga
menjadi suatu sistem nilai.
e)
Mengadakan
karakterisasi nilai. Kemampuan tertinggi dalam
kawasan afektif yaitu mengkarakterisasikan nilai-nilai, maksudnya
nilai-nilai itu sudah menjadi karakterisasi yang siap untuk menjadi tingkah
laku seseorang.
3) Kawasan Kemampuan Psikomotorik. Kemampuan
psikomotorik meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Persepsi, yaitu proses kesadaran
akan perubahan setelah keaktifan alat indra. Persepsi meliputi: stimulasi,
menyentuh bentuk sesuatu, merasakan sesuatu, membau dan memegang, serta
mendiskriminasi tanda-tanda.
b) Kesiapan, yaitu kemampuan
membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan meliputi: kesiapan mental, fisik, dan emosional.
c) Respon terpimpin, yaitu kemampuan
mencatat dan membuat laporan. Respon terpimpin meliputi: imitasi, trial and
error, mengikuti, serta mengadakan eksperimen.
d) Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam
aktivitas kompleks. Mekanisme meliputi: memilih, merencanakan, melatih, serta
merangkaikan.
e) Respon yang kompleks, yaitu penggunaan skill
berdasarkan pengalaman. Respon yang kompleks meliputi: adaptasi, penggunaan
skill untuk profesi, serta melaporkan atau menjelaskan.
Selain
komponen dan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran, ada juga beberapa
faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Gino,
dkk. (1995: 36-39) mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran telah
tercapai. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
1) Minat
Belajar
Minat
artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek merasa tertarik dan
senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menarik minat siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, hendaknya
guru memilih media dan metode pembelajaran yang sekiranya menarik bagi siswa, misalnya
dengan mengajak siswa untuk belajar di lapangan atau di luar kelas.
2) Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi
siswa dalam mengikuti pelajaran, guru dapat menempuh jalan sebagai berikut:
a) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang,
misalnya dengan jalan mengadakan
penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat sesuatu, dan kegiatan yang lain
yang sekiranya dapat memotivasi siswa.
b) Membantu
siswa yang kurang pandai dalam pelajaran, mendorongnya agar bisa lebih maju dan
mau berusaha untuk bisa mengikuti perkembangan teman-temannya yang lain yang
memiliki pemahaman lebih. Bagi siswa
yang sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik, guru harus bisa memotivasinya
agar mau berusaha untuk lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang masih
kurang mampu dalam pelajaran.
3)
Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran.
Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai dengan karakteristik
siswa agar diminati oleh siswa.
4)
Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media dalam
belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar,
misalnya media cetak (buku-buku, surat kabar, majalah, brosur) dan media
elektronik (radio, televisi, komputer, tape recorder, dan lain-lain). Alat
bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar,
dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru)
kepada penerima (siswa). Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat perkembangan siswa,
sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta menarik minat, perhatian, dan
motivasi siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.
5)
Suasana Belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang
ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat
mendukung kegiatan pembelajaran adalah:
a)
Suasana kekeluargaan yang memungkinkan
terjadinya komunikasi yang lancar antara guru dan siswa, sehingga dapat
memperlancar kegiatan belajar mengajar. Dengan terjalinnya hubungan akrab, maka
siswa akan berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
b)
Suasana sekolah yang nyaman, tenang,
serta menyenangkan untuk melaksanakan pembelajaran.
c)
Kelas diatur secara fleksibel sesuai
dengan kebutuhan siswa yang belajar, sehingga suasana bebas tetapi tetap
disertai pengawasan dari guru.
d)
Jumlah siswa di dalam kelas tidak
terlalu banyak sehingga memungkinkan bagi guru untuk memberikan perhatian yang
cukup dan merata pada seluruh siswa.
e)
Siswa belajar secara bervariasi,
misalnya dengan berdiskusi, discovery,
mengadakan eksperimen, atau dengan mengadakan study tour untuk menghindari kejenuhan dalam belajar.
6)
Kondisi Siswa yang Belajar
Kondisi
siswa adalah keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Kondisi yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya keadaan fisik, melainkan juga
keadaan psikis siswa. Apabila siswa sedang sakit, maka secara otomatis siswa
tidak dapat mengikuti pelajaran secara maksimal. Begitu pula jika siswa sedang
dalam keadaan tertekan, atau sedang mempunyai masalah, siswa juga tidak dapat
belajar dengan baik.
7)
Kemampuan Guru
Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal
ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas,
serta mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar
mengajar berlangsung. Guru harus menyampaikan materi dengan cara tepat dan
tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui. Selain itu, dalam
menyampaikan materi, guru harus bisa memilih metode dan cara yang tepat agar
dapat menarik siswa untuk mengikuti pelajaran. Guru harus mampu mengelola kelas
dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh
siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun yang ada di
belakang. Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar.
8)
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran
merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
Selama ini metode yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah metode
ceramah dan tanya jawab. Dalam penerapan metode tersebut, gurulah yang aktif
dalam kegiatan belajar-mengajar. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan
tidak lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang menuntut keaktifan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Menengah Pertama pada hakikatnya adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia.
2. Hakikat Inquiri
a. Pengertian Metode Inquiri
Menurut Webster‟s Collegiate Dictionary
kata inquiri (inquiry) berarti pertanyaan
atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari
sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Kuslan dan Stone (dalam
Dahar dan Liliasari: 1986 )
b.
Langkah-langkah pembelajaran inquiri
Langkah-langkah pembelajaran inquiri adalah: 1) merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan
observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya.
c. Prinsip –prinsip Inquiri
Dalam pembelajaran inquiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
oleh guru, yaitu sebagai berikut :
1). Berorientasi
pada Pengembangan Intelektual
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan
utama pembelajaran inquiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir, karena inquiri
didasari oleh teori kognitif yang menekankan arti penting proses internal
seseorang. Dengan demikian, pembelajaran inquiri
selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar.
Karena itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inquiri bukan ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu
materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu. Pada inquiri ini yang
dinilai adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang
berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa.
2). Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses
interaksi, baik interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa,
maupun interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi
berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
interaksi itu sendiri. Kegiatan pembelajaran selama menggunakan pendekatan inquiri ditentukan oleh interaksi siswa.
Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri, percaya
diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara
aktif. Guru hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus
memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang
lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
3). Prinsip Bertanya
Inquiri
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan pertanyaan yang dapat
dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama
pembelajaran inquiri, guru dapat
mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan
mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri,
dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang
harus dilakukan guru dalam pembelajaran inquiri adalah sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir.
4).
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
d. Prinsip Keterbukaan
Inquiri
menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan
peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan
mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.
e. Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inquiri
Metode inquiri merupakan metode pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai
subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Inquiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang,
peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang
logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas
guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
Peran utama seorang guru dalam proses
pembelajaran inquiri menutrut Gulo, 2002) adalah :
1)
Motivator. Memberi rangsangan supaya
siswa aktif dan gairah berpikir.
2) Fasilitator.
Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3) Penanya.
Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan
pada diri sendiri.
4) Aministrator.
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
5)
Pengarah. Memimpin arus kegiatan
berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6)
Manajer. Mengelola sumber belajar,
waktu, dan organisasi kelas.
7)
Rewarder.
Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka pening katan semangat inquiri pada siswa
f. Kelebihan Inquiri
1) Siswa
aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.
2) Perkembangan
cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan
dengan metode inquiri dapat
dikembangkan seluas-luasnya.
3) Dapat
melatih peserta didik untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.
g. Kelemahan Inquiri
1)
Belajar mengajar dengan metode inquiri
memerlukan kecerdasan peserta didik yang
tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif.
2) Metode
inquri kurang cocok pada peserta didik tingkat dasar.
3. Hakikat Berita
a.
Pengertian Berita
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia – KBBI (2001: 140),
Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang
hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman. A.M. Hoeta Soehoet: 23
menyampaikan pengertian (definisi) berita, sebagai berikut:
1) Berita
adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia.
2) Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai
peristiwa atau isi pernyataan menusia
yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat
hidupnya.
3) Berita bagi suatu surat kabar
adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi
pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.
Menurut
Jani Yosef (2009; 27-32), Sebagian ahli komunikasi berpendapat ”nilai berita ”
juga disebut sebagai ”nilai jurnalistik”. Terdapat 3 (tiga ukuran utama) dalam
menentukan apakah suatu fakta layak dijadikan berita, yaitu di antaranya :
1) Penting. Kata
penting mengandung dua pengertian, pertama ialah orang penting (orang ternama)
dan peritiwa penting. Media sering mengangkat peristiwa ataupun kegiatan yang dialami oleh orang
penting menjadi sebuah berita.
2) Menarik. Kriteria
umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis,
yaitu pada wartawan dan editor untuk menyeleksi berita yang layak disajikan
atau terbit. Secara manusiawi, hal ”apa saja” atau ”siapa saja” yang memiliki
nilai menarik dapat menimbulkan ” rasa ingin tahu” seseorang.
3) Human interest. Segala sesuatu yang memiliki nilai ”menyentuh
insane manusia”, yang dapat menggugah perasaan seseorang dan membangkitkan rasa
simpati khalayak. Contoh PMKS ( Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang
tinggal di kolong jembatan dan ”minim” akan tingkat pendidikannya.
4) Kedekatan. Suatu
peristiwa yang terjadi dekat dengan khalayak, baik dekat secara geografis
maupun emosional (kekerabatan). Contoh kasus Lapindo di Sidoarjo. Masalah ini
mempunyai daya tarik secara geografis dan emosional dari khalayak di wilayah
Jawa dan Sekitarnya.
5) Ketegangan. Suatu peristiwa yang belum
terselesaikan, akan tetapi akan menimbulkan kejadian lainnya. Contoh kasus
Manohara, yang sampai dengan saat ini masih dalam ketegangan akan kebebasanya.
6) Kemajuan.
Suatu peritiwa yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan di suatu negara,
seperti prestasi gemilang anak bangsa di Pekan Raya Jakarta (PRJ ) dalam ajang
lomba dan kreasi siswa SMK.
7) Berdampak Luas (impact). Kriteria lainnya dapat dipertimbangkan memiliki nilai
berita ialah ”akibat” dari suatu peritiwa, keputusan atau kebijakan lembaga
tertentu. Contoh kasus BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mengalami kenaikan harga,
tentang konversi minyak tanah ke elpiji dan kebijakan lainnya. Hal ini
berdampak luas kepada seluruh insan masyarakat, baik. itu berdampak positif
maupun negatif.
8) Aktual. Unsur aktual sangatlah penting
dalam kegiatan jurnalistik, khususnya dalam proses produksi berita
”Aktualitas”. Berkembangnya teknologi saat ini, menyebabkan aktualitas memiliki
tingkatan aktualnya mulai dari paling aktual, cukup aktual, dan kurang aktual.
Masri
Sareb Putra (2006; 24-25), menyatakan dalam teknik peliputan berita itu
mencakup 3 Tahapan, yakni :
1) Reportase (pencarian), wartawan mendatangi
lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan, wartawan segera
mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya.
2) Wawancara, sebelum melakukan
wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan alat tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan
pertanyaan. Setelah itu. wartawan melakukan tanya jawab dengan saksi mata dan
sumber lainya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun apabila informasi yang
didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari tempat
lain atau pihak-pihak terkait.
3) Riset Kepustakaan
dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat mencari
kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita. Seperti
menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara membeli
berita dari kantor berita.Teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat
proyeksi. Dalam rapat ini, para redaktur akan memberi penugasan kepada wartawan
untuk mencari, menggali, dan mendapatkan informasi dari narasumber.
Mengenai unsur penulisan berita yang dikenal dengan 5W+1H.
Jani Yosef ( 2009:
122), menyatakan rumusan 5W+1H, terdiri atas :
What : Menginformasikan apa yang terjadi.
Who : Menginformasikan
siapa yang terkait dengan peristiwa.
Why : Menginformasikan
kenapa atau mengapa ha itu terjadi.
Where : Menginformasikan
di mana kejadian atau peristiwa itu terjadi.
Whe : Kapan peristiwa terjadi dan kapan pernyataan
itu disampaikan.
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi.
4. Hakikat Majalah
Pengertian Majalah adalah sebuah media publikasi atau
terbitan secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai penulis
(Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, Majalah juga merupakan publikasi yang
berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang
mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat
informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam
mencari sesuatu hal yang diinginkannya.
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html
Menurut Kanis Barung,
Djony Herfan, dan Joko Pinurbo (1998: 14-15) Arti penting majalah pengelolaan
majalah sekolah dalam pengajar bahasa Indonesia.
a. Siswa
dilatih menulis berbagai bentuk tulisan
dengan memakai berbagai ragam bahasa Indonesia yang sesuai dengan rubrik yang
tersedia. Dalam majalah sekolah ada beberapa rubrik, misalnya rubrik
informasi atau berita yang
memungkinkan siswa menggunakan ragam
bahasa jurnalistik, rubrik opini yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan ragam bahasa ilmiah, rubrik
hiburan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan menerapkan penggunaan ragam bahasa.
b. Lewat
majalah sekolah dipublikasikan karya cipta siswa, seperti puisi, cerita pendek,
cerita bergambar, dan cerita bersambung.
c. Kegiatan
permajalahan dapat juga melatih siswa
untuk terampil berbicara (dan menyimak) sesuai dengan konteks komunikasi. Untuk
itu, pengadaan bahan penerbitan dapat dilakukan melalui reportase. Dengan demikian, siswa harus
mewawancarai beberapa tokoh yang yang menjadi sumber berita atau atau sumber bahan tulisan. Tentu saja efek
lain dapat meningkatkan kebiasaan siswa
berani berkomunikasi (secara resmi) dengan orang lain. Lagi-lagi ragam
bahasa yang dipakai harus sesuai dengan status orang yang yang dihadapi. Dengan
kata lain, secara tidak sengaja siswa berlatih menggunakan ragam bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa Majalah adalah salah satu jenis dari media massa.
Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan
di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin
cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah
biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan
topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam
majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan
dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik.
Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar
kartun.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media
Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1
Surakarta” ini sudah penulis terapkan pada
saat pembelajaran Bahasa Indonesia di XII-AK 1 semester ganjil di tahun 2015/2016.
2. Tempat Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1 Surakarta ” penulis terapkan di SMK NEGERI 1 Surakarta.
C. Hasil yang Dicapai dari Teknik yang Dipilih
Setelah
menerapkan pembelajaran teknik penulisan berita melalui inquiri dan media majalah sekolah dalam pembelajaran, di dalam
maupun di luar kelas, banyak perubahan yang terjadi pada peserta didik.
Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik pada
saat mengikuti pembelajaran dan dari hasil angket dan wawancara dengan peserta
didik. Perubahan itu antara lain sebagai berikut.
1.
Penerapan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1 Surakarta Sangat Sederhana dan Praktis.
Proses pembelajaran di kelas peserta
didik memperoleh materi penulisan berita sesuai dengan perencanaan pembelajaran
dalam RPP. Pembelajaran berdasarkan pada kompetensi isi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dengan langkah-langkah: a) mengamati
(observasi); b) menanya; c) mengumpulkan informasi; d) mengasosiasikan; e)
mengkomunikasikan.
Pembelajaran inquiri dengan
langkah-langkah a) merumuskan masalah; 2) mengamati atau
melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lainnya.
Penulis menerapkan pembelajaran inquiri pada: a) KD3.1: Memahami struktur dan kaidah teks berita baik
melalui lisan maupun tulisan; b) KD 4.1: Menginterpretasi makna teks berita baik
secara lisan maupun tulisan. Sedangkan pada KD 4.2: Memproduksi teks berita
penulis lebih menerapkan pada project
best learning.
Media untuk mengkomunikasikan kepada pembaca dengan
memuatnya dalam majalah sekolah. Berikut proses pembelajaran hingga penerbitan
majalah sekolah.
Gambar 1. Pembelajaran di kelas materi penulisan
berita
Cara Praktis dalam jurnalistik, pembuatan majalah
sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Pertama
Masa Persiapan.
Pengelola
majalah menyiapkan penerbitan majalah sekolah, yakni membuat proposal. Proposal
hendaknya dibuat dan dibahas oleh seluruh pengelola. Mulai dari soal nama
majalah, visi-misi, rencana rubrikasi, jumlah halaman, hingga rencana pemasukan
dan pengeluaran dalam pembuatannya.
Gambar 2.
Pertemuan rencana penerbitan majalah sekolah
b. Kedua
Masa Penulisan dan Pengeditan
Penulisan naskah
pada dasarnya dapat dilakukan o;eh siswa, guru, maupun karyawan. Penulisan naskah berita dilakukan dengan
teknik pencarian berita melalui metode inquiri
dengan modal pertanyaan dengan rumus 5W+1H kepada narasumber. Untuk memfokuskan
isi, sebaiknya dilakukan rapat redaksi terlebih dulu. Jangan lupa, dalam
redaksi itu harus ada kesepakatan bersama kapan batas akhir (deadline) pengumpulan naskah.
Gambar 3. Hunting Berita oleh peserta didik
Gambar 4. Penulisan naskah
berita/artikel (news prosessing)
Gambar 5. Pemilihan naskah
berita/artikel layak muat (news editing)
c. Penentuan
Naskah Layak Terbit
Setelah semua tulisan masuk ke meja
redaksi, langkah berikutnya adalah menyelesaikan naskah layak muat dan
mengeditnya. Editing dilakukan oleh editor, dan tugas itu bisa dilakukan oleh
guru bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
Gambar 6.
Pengeditan Naskah berita/artikel Layak Muat
d.
Lay
out.
Pada masa ini,
naskah yang telah dimuat ditata (lay
out). Kalau pengelola majalah bisa me-lay
out sendiri, itu lebih baik. Kalau tidak, minta bantuan
orang lain yang ahli. Meski yang me-lay
out orang lain, langkah baiknya ada salah seorang redaksi yang ikut
mendampingi, untuk memudahkan lay outer manata sesuai dengan keinginan redaksi.
Hasil lay out bisa diprint, untuk diedit ulang. Mungkin ada yang masih
salah, kurang foto, atau yang lain. Langkah ini bertujuan untuk
meminimalisasi kesalahan isi majalah.
Gambar 7. Proses Lay
out untuk cover majalah oleh peserta didik
e. Pracetak.
Pada masa ini,
pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto, tinggal membuat filmnya.
Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah menggunakan film atau kalkir.
Film pun ada dua pilihan yaitu separasi atau hitam putih.Pilihan ini
tergantung dari kemampuan pengelola majalah sekolah. Kalau ingin
bagus, bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya terbatas,
bisa menggunakan kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah
sekolah menggunakan film separasi untuk cover, sedangkan halaman isi
menggunakan kalkir. Hal ini ditempuh dengan pertimbangan penghematan
pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek. Dalam hal ini penulis
bekerjasama dengan pihak majalah didik untuk membantu mewujudkan sebuah majalah
jadi
Gambar 8 Pracetak dan cetak bekerjasama dengan
wartawan
f.
Kelima,
pencetakan.
Ini adalah
tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak majalah. Karenanya,
redaksi harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul berpengalaman.
Selain itu, perlu diperjelas waktu selesai pencetakan. Jangan sampai waktunya
meleset dari keinginan pengelola. Setelah kelima hal itu dilakukan, bukan
berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Adalah yang tidak kalah penting,
yakni membagi majalah ke tangan pembaca.
2. Pembelajaran Berakhir dengan
Menghasilkan Produk yang Di dokumentasikan dalam Bentuk Majalah Sekolah.
Produk
hasil pembelajaran sudah selesai dibuat dilanjutkan dengan mengkomunikasikan
kepada pembaca dalam hal ini adalah peserta didik. Selain presntasi di kelas
penulis lebih mewujudkan dalam pemuatan di majalah sekolah. dengan memanfaatkan
media majalah sekolah peserta didik dapat menyalurkan kemampuan kreatifitasnya
secara maksimal.
Bentuk cover majalah sekolah yang penulis buat
beserta peserta didik dengan cover depan dan cover belakang. Pembuatan Cover
dibuat dengan memanfaatkan ap;ikasi Corel sebagai berikut:
3. “Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah
Sekolah di SMK NEGERI 1 Surakarta”
Berhasil Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Untuk
memperoleh hasil belajar yang maksimal dan akurat, penulis mengadakan ulangan
sebanyak 2 kali. Ulangan pertama dilaksanakan penulis tanpa memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah.
Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan buku Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik, Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tahun 2014.
Dilengkapi dengan lembar kerja dari guru dalam hal ini adalah penulis. Pada
ulangan yang kedua penulis dalam pembelajaran memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah.
Hasil yang dicapai setelah
melakukan pembelajaran melalui inquiri
dan media majalah sekolah dapat dilihat dengan cara membandingkan hasil ulangan
sebelum menggunakan metode inquiri
dan media majalah sekolah dilaksanakan dengan hasil ulangan setelah guru
menerapkan metode pembelajaran inquiri
dan media majalah sekolah. Berikut daftar nilai peserta didik sebelum dan
sesudah mamanfaatkan Inquiri dan
media majalah sekolah
DAFTAR
NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1
SEBELUM
MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH
No.
|
NIS
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
1
|
11343
|
Aditiya Putri
Ramadhan
|
51
|
2
|
11344
|
Afini
Multiningsih
|
50
|
3
|
11345
|
Anggraeni Dea
Alvialoka
|
64
|
4
|
11346
|
Anggraini
Puspita Sari
|
64
|
5
|
11348
|
Astri
Novitasari
|
52
|
6
|
11349
|
Burnia Eka
Sanastri
|
64
|
7
|
11350
|
Diah Hayyu
Nurmansa
|
60
|
8
|
11351
|
Dimah
Widyaningsih
|
63
|
9
|
11352
|
Erlyana Widya
Safitri
|
50
|
10
|
11353
|
Finca Ardila
Arrinrin
|
52
|
11
|
11354
|
Govany Putri
Permata Wury
|
50
|
12
|
11355
|
Herma
Nugrahaningsih
|
65
|
13
|
11356
|
Ida Novita Sari
|
64
|
14
|
11357
|
Ismiyatun
|
64
|
15
|
11358
|
Krismonica Ayu
Agustin
|
52
|
16
|
11359
|
Melodia Kenali
Azhra
|
62
|
17
|
11360
|
Nova Indah
Setyani
|
50
|
18
|
11361
|
Nur Anisah
|
62
|
19
|
11362
|
Nur Syamsiyah
|
61
|
20
|
11363
|
Okti Dwi
Lestari
|
49
|
21
|
11364
|
Pratiwi
Nugraheni
|
52
|
22
|
11365
|
Prisilia Mayang
Sari
|
50
|
23
|
11366
|
Prita Astrid
Mardaninggar
|
52
|
24
|
11367
|
Raka Resky Arum
Ningtyas Sejati
|
52
|
25
|
11368
|
Resa Ramadani
|
50
|
26
|
11369
|
Riana Ika Dewi
|
52
|
27
|
11370
|
Riska Melina
|
51
|
28
|
11371
|
Siti Qomariyah
|
62
|
39
|
11372
|
Sri Utami
|
64
|
30
|
11373
|
Sri Wulan Cahya
Ningrum
|
63
|
31
|
11374
|
Vianitasari
Kusuma Pratiwi
|
64
|
Rata-rata
|
54
|
||
Nilai tertinggi
|
65
|
||
Nilaiterendah
|
49
|
Tabel 1: Nilai sebelum melalui inquiri dan majalah sekolah
DAFTAR
NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1
SETELAH
MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH
No.
|
NIS
|
Nama
Siswa
|
Nilai
|
1
|
11343
|
Aditiya Putri
Ramadhan
|
83
|
2
|
11344
|
Afini
Multiningsih
|
82
|
3
|
11345
|
Anggraeni Dea
Alvialoka
|
84
|
4
|
11346
|
Anggraini
Puspita Sari
|
90
|
5
|
11348
|
Astri
Novitasari
|
82
|
6
|
11349
|
Burnia Eka
Sanastri
|
84
|
7
|
11350
|
Diah Hayyu
Nurmansa
|
80
|
8
|
11351
|
Dimah
Widyaningsih
|
83
|
9
|
11352
|
Erlyana Widya
Safitri
|
77
|
10
|
11353
|
Finca Ardila
Arrinrin
|
80
|
11
|
11354
|
Govany Putri
Permata Wury
|
76
|
12
|
11355
|
Herma
Nugrahaningsih
|
90
|
13
|
11356
|
Ida Novita Sari
|
84
|
14
|
11357
|
Ismiyatun
|
84
|
15
|
11358
|
Krismonica Ayu
Agustin
|
75
|
16
|
11359
|
Melodia Kenali
Azhra
|
82
|
17
|
11360
|
Nova Indah
Setyani
|
75
|
18
|
11361
|
Nur Anisah
|
82
|
19
|
11362
|
Nur Syamsiyah
|
81
|
20
|
11363
|
Okti Dwi
Lestari
|
79
|
21
|
11364
|
Pratiwi
Nugraheni
|
75
|
22
|
11365
|
Prisilia Mayang
Sari
|
75
|
23
|
11366
|
Prita Astrid
Mardaninggar
|
77
|
24
|
11367
|
Raka Resky Arum
Ningtyas Sejati
|
80
|
25
|
11368
|
Resa Ramadani
|
75
|
26
|
11369
|
Riana Ika Dewi
|
77
|
27
|
11370
|
Riska Melina
|
75
|
28
|
11371
|
Siti Qomariyah
|
75
|
39
|
11372
|
Sri Utami
|
80
|
30
|
11373
|
Sri Wulan Cahya
Ningrum
|
79
|
31
|
11374
|
Vianitasari
Kusuma Pratiwi
|
80
|
Rata-rata
|
80
|
||
Nilai tertinggi
|
90
|
||
Nilai terendah
|
70
|
Tabel 2: Nilai setelah melalui inquiri dan majalah sekolah
Berdasarkan data di atas, Tampak bahwa
rata-rata nilai peserta didik naik dari rata-rata 54 sebelum menggunakan inquiri dan media majalah menjadi
rata-rata 80 setelah menggunakan inquiri
dan media majalah. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan darai 5.4 menjadi
80. Disamping itu peserta didik juga semakin antusias dalam memproduksi
penulisan berita dilanjutkan dengan mengkomunikasikan baik melalui presentasi
di kelas maupun melalui media majalah sekolah.
E. Kendala-Kendala
yang Dihadapi dalam Pelaksanakan
Setiap
pemecahan masalah pasti ada kendala yang
dihadapi. Demikian juga dalam penerapan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita
Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah” yang ada di SMK NEGERI 1 Surakarta. Meski demikian kendala tersebut
tidak mengurangi semangat penulis untuk terus menerapkannya dalam pembelajaran
dan pembimbingan peserta didik. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai
berikut.
1.
Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.
Secara
umum peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran Bahasa indonesia, karena
terobsesi dengan anggapan pelajaran bahasa Indonesia pelajaran yang sulit dan
membosankan.
b.
SMK
NEGERI 1 Surakarta konsentrasi pada
program kompetensi manajemen, sehingga dalam pelajaran yang sifatnya lebih
banyak ke teoritis kurang begitu tertarik.
Sedangkan pada mata pelajaran produktif, misalnya akuntansi, perpajakan,
dan kearsipan lebih tertarik daripada pelajaran bahasa Indonesia.
c.
Konsentrasi peserta didik menurun ketika pembelajaran
bahasa Indonesia terjadwal pada jam-jam
akhir pembelajaran, karena SMK NEGERI 1
Surakarta selesai pembelajaran pukul 15.30.
2.
Dalam
Pembimbingan (Majalah Sekolah) Peserta Didik
a.
Input
nilai yang bervariasi.
b.
Pembimbing
majalah sekolah terbebani mengajar lebih dari 24 jam per minggu.
c.
Waktu
pembimbingan sangat kurang, karena peserta didik sudah menghabiskan waktu dalam
pembelajaran dan praktek.
d.
Faktor
biaya yang dibutuhkan untuk sumber dana terbatas.
F. Faktor
Pendukung
1. Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
a. Ruangan kelas sebagai tempat
penulisan naskah berita dalam pembelajaran di kelas cukup nyaman, proporsional,
dan nyaman.
b. Tersedianya LCD di setiap ruang
kelas.
c. Kepala sekolah yang selalu
mendukung upaya peningkatan kreatifitas, kualitas, dan inovasi pembelajaran,
misalnya mengadakan supervisi kelas hingga pemberian tindak lanjut.
d. Teman-teman guru yang selalu siap
diajak berdiskusi tentang pembelajaran
demi kemajuan peserta didik.
e. Peserta didik yang memiliki jiwa dan semangat yang tinggi
untuk berkembang dan maju.
2. Dalam Pembimbingan (Majalah Sekolah)
Peserta Didik
a. Kekompakan peserta didik dalam
mempersiapkan penulisan berita dalam pembelajaran hingga sampai pada penerbitan
majalah sekolah.
b. Sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah sangat memadai.
c. Peserta didik memiliki kualitas
untuk mengembangkan diri untuk berkreatifitas sekaligus untuk berprestasi.
d. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa
yang selalu siap diajak berdiskusi tentang
materi dan strategi pembimbingan dalam segala bentuk kegiatan.
e. Peserta didik tekun dalam
mengikuti bimbingan dan menyelesaikan target pencapaian dalam belajar.
G. Alternatif Pengembangan
“Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah
Sekolah” merupakan perpaduan yang harmonis antara teknik penulisan strategi
pembelajaran dan media sebagai tempat untuk mengkomunikasikan hasil karya
peserta didik. Penulis sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas
sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan naskah berita di majalah sekolah
selalu memberikan bimbingannya dengan semangat tinggi saat dibutuhkan oleh
peserta. Terutama dalam pencarian berita, peserta didik harus sudah tertanam
dengan kuat semangat inquiri. Dimana
peserta didik didik harus melaksanakan tugas mencari bahan pemberitaan dengan
modal beberapa pertanyaan untuk melakukan wawancara dengan narasumber.
Pembelajaran
dengan strategi inquiri dibutuhkan
kemampuan berpikir peserta didik, sejauh
mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses
menemuka sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara
tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Pada akhirnya akan
memperoleh hasil berupa artikel berita yang layak terbit.
Jadi alternatif pengembangan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita
Melalui Inquiri dan Media Majalah
Sekolah” terletak pada kemampuan berpikir peserta didik merupakan unsur untak
yang harus ada pada semua peserta didik. Pengembangan metode Inquiri dalam menemukan berita terletak
pada bagaimana guru mampu mengarahkan strategi pembelajaran aktif ini dengan
mengkombinasikan dengan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta
didik, kondisi ruang belajar dan karakteristik materi ajar. Karena model,
metode, teknik dan media pembelajaran tidak selalu tepat untuk materi yang
berbeda. Selain itu guru diakhr pembelajaran dapat melengkapi juga dengan
memberikan penghargaan dan penguatan pada peserta didik di dalam pembelajaran.
Bentuk penghargaan dan penguatan dapat dikembangkan guru sesuai dengan karakter
peserta didik. Dalam hal ini satu penghargaan dapat termuat dalam majalah
merupakan satu kebanggaan tersendiri bagi peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil kreatifitas peserta didik yang dicapai, peningkatan pemahaman terhadap
teknik penulisan dan langkah-langkah menerbitkan majalah serta semangat peserta
didik meningkat. Peningkatan tersebut berdampak baik pada peserta didik dalam
hasil pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan menggunakan teknik penulisan berita
melalui Inquiri dan media majalah sekolah,
maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode inquiri
dan media majalah sekolah ini sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran
penulisan berita pada kelas XII AK-1 semester ganjil 2015/2016.
B.
Rekomendasi
1.
Bagi guru, hendaknya menerapkan metode inquiri dalam pembelajaran dengan
pengembangan pada teknik dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi
kelas, karakteristik peserta didik, dan karakteristik materi ajar. Guru harus
selalu memberikan penguatan dan penghargaan kepada peserta didik, baik ketika
berhasil ataupun gagal dalam menyelesaikan masalah/tugas. Metode inquiri diterapkan pada semua mata
pelajaran di luar Bahasa Indonesia.
2.
Bagi guru Bahasa Indonesia yang
membimbing penulisan majalah, bisa menerapkan metode inquiri ini dalam pembimbingan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tempat dan karakteristik peserta didik.
3.
Bagi Kepala Sekolah, hendaknya
menyarankan semua guru untuk menerapkan metode inquiri agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (outdoor learning). Kepala sekolah hendaknya juga memberikan
dukungan penuh bagi guru yang malakukan upaya peningkatan kualitas sekolah,
baik secara materiil maupun immaterial.
DAFTAR PUSTAKA
Akhlan Husein dan Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Barung,
Kanis, dkk. Dasar- Dasar Penerbitan
Majalah Sekolah. Jakarta: 1998. Grasindo,
Dahar, R.W., dan Liliasari. 1986. Interaksi
belajar mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka Jakarta.
Hoeta, Soehoet, AM. 2003. Dasar-
Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP.
Gino,
dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Press.
Gulo, 2002. Pembelajaran
Inquiri. Bandung : PT Genesindo
Hambalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Putra,
Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita
dan Feature. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Tarigan,
Djago dan Akhlan Husen. 1996. Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMTP. Jakarta:
Depdikbud,
Waluyo,
Herman. 2002. Drama Teori dan
Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
Yosef,
Jani. 2009. To Be Journalist Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.