• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

Memahami Struktur Fisik dan Struktur Batin Puisi

Minggu, 28 Maret 2010

Memahami Struktur Fisik dan Struktur Batin Puisi

SMA Kelas X semester ganjil

Standar Kompetensi :

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung

Kompetensi Dasar

5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara

langsung ataupun melalui rekaman

Indikator

· Mengidentifikasi unsur-unsur puisi

· Menjelaskan maksud puisi

SENJA DI PELABUHAN KECIL

Buat Sri Aryati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita

Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,

Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang

Menyinggung muram,desir hari lari berenang

Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan

Menyisir semenanjung, masih penggap harap

Sekali tiba di ujung dan sekali selamat jalan

Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa berdekap

(Chairil Anwar,1946)

A. Struktur Fisik Puisi

1. diksi (pilihan kata)

Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada muram,dipantulkan

oleh kata-kata: gudang, rumah tua, tiang , temali, kelam, laut, tidur,

hilang ombak, ujung dll.

2. pengimajinasian(imagery/pencitraan)

Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang

kita hayati secara langsung melalui pengindraan manusia.

Di antara gudang-gudang, rumah tua , pada cerita ( imaji visual

penglihatan.)

3. kata konkret( penyebab terjadinya imaji)

Untuk melukiskan dan menumbuhkan imajinasi dalam daya bayang pembaca,

maka penyair mengkonkretkan kata-kata seperti: sepi yang mencekam, kapal

tiada berlaut, gerimis mempercepat kelam, kelepak elang menyinggung

kelam.

4. majas(bahasa figuratif)

Gaya bahas hiperbola ditemukan pada kalimat ”dari pantai keempat sedu

penghabisan bisa terdekap”. Kata ”senja” melambangkan berpisahnya suatu

hubungan percintaan. ”perahu tiada berlaut” melambangkan hati yang tiada

keceriaan dankegembiraan karena kehilangan cinta.

5. verifikasi(rima,ritma, metrum)

Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait( /ta-ta-ut-ut(abab) dan

(/ang-ang-ak-ak(aabb), dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi

(abab). Ritma barupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan

keterangan kalimat. Pada bait pertama menggunakan frasa/ini kali/ pada

bait kedua menggunakan/gerimis/ pada bait ketiga menggunakan /tiada

lagi). Kata pengikat tersebut memunculkan gelombang irama baru.

6. tipografi(tata wajah)

Mengunakan tipografi puisi konvenional dengan dilengkapi enyambemen

berupa titik ditengah baris yang menunjukan bahwa gagasan pada suatu

baris dalam puisi masih berlanjut pada baris berikutnya.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung

muram, desir hari lari berenang.

B. Struktur batin puisi

1. Tema :

Bertema tentang kedukaan karen kegagalan cinta atau cinta yang gagal shingga menimbulkan kedukaan.

Jika kita uraikan bait demi bait, maka struktur tematik/struktur intaksis sebagai berikut:

Bait I

Penyair merasakan kehampaan hati karena cintanya yang hilang. Kenangan cinta sangat memukul hatinya sehingga hatinya mati setelah orang yang di cintainya pergi seperti kapal yang tidak berlaut hidupnya tiada berarti

Bait II

Duka hati penyair menambah kelemahan jiwa karna sepi, kelam, sehingga kelepak elang dapat didengar. Harapan bertemu dengan kekasihnya timbul tenggelam tetapi harus dilupakan karena cintanya tinggal bertepuk sebelah tangan dan menimbulkan kelukaan yang dalam

Bait III

Setelah mendengar Sri Ayati bahwa ia telah membunyai seorang suami hingga harapannya di pertegas dengan “sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan”. Ratap tangis menggema sampai pantai keempat.

2. Nada :

Penyair menceritakan kegagalan cintanya dengan nada ratapan yang sangat mendalam, karena lukanya benar-benar sangat dalam.

3. Perasaan :

Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi merasakan kesedihan,

kedukaan, kesepian, dan kesendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Bahkan sedu tangisnya menggumandang sampai ke pantai keempat karena kegagalan cintanya. Harapan untuk mendapatkan perempuan pujaannya diumpamakan sebagai ”pelabuhan cinta”.

4. Amanat : Penyair inggin mengungkapkan kegagalan cintanya yang menyebabkan seseorang seolah-olah kehilangan segala-galanya. Cinta yang sungguh-sungguh akan menyebabkab seseorang menghayati apa arti kegagalan secara total.

-------------------

2 comments:

lindacendekia mengatakan...

puisinya bagus,,,

estismabatiksatu mengatakan...

Lindacendekia... puisimu juga bagus-bagus banget... tapi aku belum baca cerpen-cerpenmu...

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates