• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

UMPATAN DALAM VARIASI BAHASA BANYUMAS

Senin, 04 Januari 2010
A. Pendahuluan

Manusia pada umumnya berintereaksi dengan orang lain untuk membina kerja sama antar sesamanya, dalam rangka membentuk, menggembangkan dan mewariskan kebudayaannya dalam arti yangh seluas-luasnya. Namun seringkali manusia berselisih paham aatau berbeda pendapat dengan orang lain. Dalam situasi perselisihan inilah para pemakai bahasa memanfaatkan kalimat-kalimat umpatan berupa kalimat bersifat kasar maupun bersifat halus penuh sindiran untuk mengekspresikan ketidaksenangan, kebencian, ketidakpuasan terhadap orang lain dalam suatu situasi. Dilihat dari pemakai bahasa yang mengucapkan merupakan bentuk pembebasan luapan emosi dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakkan.
Pemakaian kata-kata umpatan , hinaan, atau ejekan pada umumnya terjadi pada buruh kelas bawah yang bekerja di lapangan sebagai buruh kasar,pencari nafkah di terminal, dan tempat- tempat di mana kelas social bawah berkomunitas. Hal ini merupakan kebiasaan yang memiliki fungsi kegunaan yang memperlihatkan simbol keakraban.
Dengan demikian kata-kata umpatan yang diucapkan seseorang dalam aktivitas komunikasi secara verbal sebagai salah satu sarana untuk menjalankan fungsi emosi bahasa.
Studi tentang umpatan erat berkaitan dengan masalah tabu (taboo), kata taboo sendiri secara entologis berasal dari bahasa Polynesia yang diperkenalkan oleh captain James cook yang kemudian masuk kedalam bahasaa Inggris, dan seterusnya kedalam bahasa-bahasa eropa lainnya. Ullman (dalam 1 Dewa putu Wijaya 2006: 110). Kata ini memiliki makna yang sangat luas, tetapi umumnya berarti sesuatu yang dilarang. Selanjutnya dikatakan bahwa berdasarkan motivasi psikologis yang melatarbelakanginya, kata-kata tabu muncul sekurang-kurangnya karena tiga hal, yakni:
1. Adanya sesuatu yang menakutkan (taboo of fear),
2. Sesuatu yang tidak mengenakkan perasaan (Taboo of delicaly)
3. Sesuatu yang tidak santun dan tidak pantas ( taboo of propriety)

Penelitian terhadap pengutaraan kalimat umpatan sukar ditemukan sehingga pemrosesan datanya tentu terbatas, berbeda dengan penelitian kalimat-kalimat eufinisme, kalimat eufinisme lebih mudah didapatkan sehubungan dengan kecenderungan orang untuk sopan santun, berbasa-basi, dan sebagainya. Dengan keterbatasan ini penulis mencoba mengungkapkan tentang sistem umpatan dalam bahasa Banyumasan. Pembahasan dibatasi hanya pada pengungkapan dua aspek yaitu pada bentuk dan referensinya.
Dialek Banyumas kuwe salah siji dialek nang basa Banyumasan sing dituturna penduduk nang kabupaten Banjarnegara, kabupaten Kebumen, kabupaten Purbalingga, kabupaten Cilacap karo kabupaten Banyumas.Nang kabupaten Cilacap sisi kulon sing berbatesan karo Jawa Barat, dialek kiye wis campur aduk karo basa Sunda. Sementara nang kabupaten Kebumen karo kabupaten Banjarnegara sisi wetan sing berbatesan karo kabupaten Purworejo karo kabupaten Wonosobo wis kecampur karo basa Jawa wetanan. :
"http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Dialek_Banyumas"

B. Metode
Tempat yang digunakan untuk memperoleh data di daerah Cilacap yang mana pada bagian Barat mulai dari daerah Dayeluhur yang berbahasa Sunda, dan diakhiri di daerah Timur berakhir didaerah Kroya menggunakan bahasa banyumas. Penulils memperoleh data tepatnya di daerah tersebut selama 3 hari, sumber data yang digunakan dalam penyusunan pembahasan ini adalah:
1. Informan, yaitu orang-orang yang sudah lama tinggal didaerah tersebut dan menetap.
2. Terminal Cilacap.
3. Buruh-buruh pabrik.
4. dalam kalimat umpatan-umpatan humor dalam pementasan Calung.
Dalam situai resmi tidak dapat ditemukan kalimat-kalimat umpatan. Pemakaian bahasa sehari-hari ada semacam kecenderungan anggota masyarakat pada umumnya menghindari kata-kata yang referennya ditabukan Kata-kata secara sugestif dapat dihubungkan dengannya Foley (dalam I Dewa Putu Wijaya: 114)

C. Bentuk-Bentuk Umpatan dalam Bahasa Banyumasan
Bentuk-bentuk kebahasaan ini secara Formal dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu berbentuk kata (1,2), berbentuk frase(3,4), dan klausa(5,6).
1. Klayaban, ben dina maning, kaya ora duwe umah bae,artinya bepergian setiap hari,seperti tidak punya rumah saja,
2. Codot, bengi-bengi mangan ora tawaa-tawa wong lia, artinya codot, malam-malam makan tidak memberi tawaran pada orang lain.
3. Agi bedhug arep meng kisik ngapa, nggoleti ninimu ruag ?, hari sedang panas-
panasnya pergi ke laut mau apa, mencari nenek yang sudah rapuh ?.
4. Bocah ireng kethuel kaya gudhal belo,artinya anak kecil hitam bodo seperti kotoran
anak jaran.
5. Kowe wong gemblung, duwe anak bojo ora diurusi, artinya,kamu orang gila, punya
anak istri tidak tiurusi.
6. Matamu kicer loro, dikandani malah mlirik ngetan ngulon, artinya matamu juling dua,
dinasehati matanya melihat ke kiri ke kanan.
Bentuk umpatan yang berbentuk kata dibedakan menjadi dua yakni, umpatan berbentuk kata dasar dan bentuk kata jadian. Bentuk dasar berwujud kata-kata monomorfenik, seperti:
1. Clurut, angger ana panganan mesti dipangan,anak tikus, artinya kalau ada makanan pasti dimakan.
2. Mbadokmu sedina ping pira ?,artinya makanmu sehari berapa kali ?.
Umpatan bentuk kata jadian adalah umpatan yang berupa kata-kata polimorfenik. Umpatan ini berbentuk kata berafik (3,4), makian bentuk kata ulang (5,6) dan makian bentuk kata majemuk (7,8).
3. me-cedet, artinya tertindas sampai peyot.
4. be-digasan, artinya sikap tidak punya aturan.
5. srudak-sruduk, artinya sikap seseorang yang tidak hati-hati.
6. gembar-gembor, artinya berkata keras-keras.
7. mambu lemah, artinya hampir mati.
8. Asu kere,artinya anak miskin.

D. Sistem Umpatan
Dillihat dari referensinya sistim umpatan dalam bahasa Banyumas dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni keadaan binatang, benda-benda, begian tubuh, kekerabatan, makhluk halus, aktivitas dan profesi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data beserta penyajiannya.

D.1. Keadaan
Kalimat umpatan yang berujud pada suatu keadaan yang tidak menyenangkan merupakan satuan kebahasaan yang paling umum dimanfaatkan untuk mengungkapkan makian pada orang lain. Keadaan yang tidak menyenangkan ini dapat diakibatkan dari sesuatu yang menimpa. seseorang (9,10) keadaan mental yang tidak baik (11,12) dan keadaan yang menyebabkan melanggar perintah tuhan (13,14).
9. Asem, wahin nangarepe raiku, ya idune muncrat nangraiku, artinya asem, bersin
di depan wajahku, ludahnya nyemprot di wajahku.
10. Kopeten maring ngeneh, lungga sing bae adoh nganah,artinya kotoran bayi
datang ke sini,pergi yang jauh saja sana.
11. Kemplu banget, pitu tambah pitu koh sepuluh, artinya bodoh sekali ,artinya tujuh
tambah tujuh kok sepuluh.
12. Peler, kon ngalor malah ngidul, artinya leler, disuruh ke utara malah ke selatan.
13. Mecedet kowe, wong sing wingi nagih utang teka maning, artinya penyot
terinjak kamu,orang yang kemaren menagih hutang dating lagi.
14. Dikongkon malah sambat wetenge lara, arep mbedodong apa artinya disuruh
malah bilang sakit perut.
D.2. Binatang
Kalimat umpatan yang merujuk pada sifat-sifat binatang. Kalimat umpatan berbentuk adjektiva digunakan untuk mengekspresikan umpatan secara langsung pada sifat-sifat hewan yang sama dengan sifat-sifat indivudu yang menjadi sasaran umpatan. Tidak semua binatang dapat digunakan untuk sarana umpatan. Binatang yang dimaksud adalah binatang yang menjijikan (15),diharamkan (16), pengganggu (17), suka menyakiti (18), dan nakal (19).
15. Mbajing banget ,sing nyupir truk kae,artinya seperti anak kutu , yang menyupir
truk itu.
16. Celeng ya, mlaku koh srudak-sruduk ora genah, artinya babi hutan, jalan kok
tidak aturan, tidak erarah.
17. Bajingan, klambiku kotor, mambu maning, kena uyuhmu.artinya seperti anak
kutu, bajuku kotor, bahu lagi, terkena kencingmu.
18. Bangsat kowe, senenge mangan rejekine kancan artinya anak kutu kamu,
kesukaannya makan rejekinya teman.
19. Bocah wadon petakilan, awan-awan maning persis munyuk artinya .
D.3.Makhluk Halus
Dari data yang di peroleh terdapat beberapa kata yang lazim di gunakan untuk menggumpat. Kata-kata tersebut mengacu pada sifat makluk halus yang pekerjaannya mengganggu manusia.
20. Setan alas,dompetku ora nana mesti kowe sing nyolong,artinya setan hutan,
dompet saya tidak ada pasti kamu yang mencuri.
21. Tuyul, angger ana duit ngletak mesti dicukut kowe, artinya tuyul kalu ada uang
tergeletak pasti diambil kamu.
22. Anak belis sapa kuwe, kotor banget awake,artinya anak setan siapa kamu, kotor
sekali badannya.
D.4.Benda
Nama- nama benda yang lazim digunakan untuk umpatan juga berkaitan dengan keburukan referensinya, seperti bau, kotoran, rapuh, dan sesuatu yang bau.
23. Adus nganah, kowe mambu bacin,aja mlebu umahku, artinya mandi sana, kamu
bau busuk, jangan masuk rumahku.
24. Tembelek bebek kowe, dikongkon ngenteni enyong malah lungga disit, artinya
kotoran bebek kamu, disuruh menunggu
25. Tepoan banget, ngarap soal gampang ora nana sing bias sijia,artinya bodo sekali,
mengerjakan soal mudah tidak bias.
26. Bocah dikongkon sinau malah ngorok, artinya anak disuruh belajar pilih tidur.

D.5.Bagian Tubuh
Kata yang diucakan untuk mengekspresikan umpatan biasanya bagian tubuh yang fital dan yang erat kaitannya dengan aktivitas seksual karena merupkan kata kata tabu untuk di ucapkan apalagi di gunakan untuk komunikasi dengan orang lain, seperti alat fital kerbau ( 27), mulut (28), pusar(29), dan kepala (30).
27. Turu k kebo, aku bebeh ketemu karo wong kayak kowe , artinya vagina kerbau,
tidak mau ketemu dengan orang seperti itu.
28. Cocotmu aja kakeyen bacot, ngomong angger njeplak, artinya mulutmu jangan
banyak bicara, bicara asal bunyi.
29. Mikir nganggo utek, aja nganggo wudelmu sing bodong artinya berpikir pake
otak, jangan pake pusermu yang panjang.
30. Digilmu, klambi tesih anyar malah di enggo ngelapi sepatumu artinya kepalamu,
baju masih baru dipake buat membersihkan sepatumu.
D.6.Kekerabatan
Kata kata kekerabatan mengacu pada individu individu yang di hormati atau yang biasa mengajarkan hal hal yang biasa kapada mgenerasi berikutnya, untuk mengupat atau mengucapkan kejengkelan kepada lawan bicaranya, pantun pantun dalam bahasa jawa dalam mengungkapkan kata markiasi sering menambahkan klitikne dibelakang kata tsb.
31. Rumangsamu dalane ramane dewek apa, mlaku kok jejer papat, artinya kamu
piker jalan bapak nya apa, jalan berempat.
32. meng pasar sih ngapa bengi- bengi kaya kiye, nggoleti nine ruang ya?, artinya ke
pasar kanapa malam-malam seperti ini, mencari nenek rapuh ya ?.
D.7.Aktivitas
Kata umpatan yang menunjuk pada aktivitas seksual (35), sperma (34), dan kehamilan (33).
33. Wong wadon koh gaweanne lungga bengi- bengi kepengin wetengge mlending apa !, artinya perempuan pekerjaannya keluar malam-malam ingin perutnya hamil apa ?
34. Bejuh, dadi wong kok ora duwe tata karma, artinya sperma, jadi orang tidak
punya sopan santun.
35. Tek kithuli sisan, wong nganggo klambi kaya ora klambenan, awake nyero
keton, artinya aku setubuhi sekalian, orang memakai baju seperti tidak pake baju,
anggota badan dalam kelihatan.

D.8.Profesi
Profesi rendah, tidak bermoral menjadi sasaran bagi individu yang akan mengekspresikan umpatannya kepada seseorang.
36. Bencoleng, nggone kancane kok di colong, artinya preman, kepunyaan temen di
curi.
37. kutis kowe, bocah wadon ora tahu nangomah, angger turu nanggone lanangan,
artinya wts kamu, anak perempuan tidak pernah di rumah, kalau tidur di tempat
laki-laki.
38. Cina ireng, nyambut gawe ngarah kepenake dewek.artinya seperti bos berkulit
hitam, bekerja memilih yang enak-enak saja.

E. Penutup
Bentuk bentuk umpatan adalah sarana berbahasaan yang dibutuhkan para penutur untuk mengepreksikan ketidak senangan dan mengreaksi berbagai fenomina yang menimbulkan perasaan tidak enak. Secara formal bentuk bentuk umpatan yang menempati klosa bukan inti, ada yang berbentuk monoformenik dan polimorvemik, prasa, dan klosa. Selain itu ada sekurang kurangnya ada 5 buah subestansi yang sering di jadikan sasaran makian, yakni (1). Kebodohan, (2) ketidaknormalan, (3) Ketikberuntungan, (4) Sesuatu yang tertutup, (5) sesuatu yang menjijikan(6) menganggu manusia.Ungkapan yang berjenis kata sifat umumny adi gunakan untuk mengungkapkan kecengkelan atau ketidaksenangan. Secara prakmatis penggunakan dalam tindak komunikasi, hal ini berkaitan dengan sesuatu yang ditabukan, sehingga orang- orang tertentu yang dituakan dan yang dihormai dilarang disebut- sebut dalm tindak tutur seperti itu.




DAFTAR PUSTAKA

I Dewa Putu Wijaya .2006.Sosiolinguistik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Susilo Supardo. 1999. Sistem Honorifik Bahasa Jawa Dialek Banyumasan : Sebuah kajian sosiolinguistik, Disertasi Universitas GAJAH mada, yogyakarta.
Wiki(http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Dialek_Banyumas) Diakses 10 november 2008.
Forum KG (http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-152902.html) Diakses 10 Novembwe 2008.

0 comments:

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates