• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

Pendalaman materi Laporan Penelitian Untuk Siswa SMA

Jumat, 26 Maret 2010
Pendalaman materi Laporan Penelitian Untuk Siswa SMA
(Sebuah ringkasan materi untuk kls XI semester genap)
Standar Kompetensi : 12.Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman /ringkasan, notulen rapat dan karya ilmiah
Kompetensi Dasar : 12.3 Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan dan penelitian
Indikator
· Mendaftar hal-hal yang perlu ditulis, berdasarkan topik yang dipilih
· Menentukan gagasan yang akan dikembangkan dalam karya tulis (berdasarkan pengamatan atau penelitian)
· Menyusun kerangka karya tulis
· Mengembangkan kerangka menjadi karya tulis, dengan dilengkapi daftar pustaka
· Menyunting karya tulis sendiri atau karya teman
Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat tentang sesuatu yang Anda teliti.
Penelitian itu dapat berupa penelitian deskriptif, dapat pula penelitian eksperimental. Penelitian deskriptif berupa kegiatan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan secara apa adanya, tanpa ada perlakuan apa pun dalam proses penelitiannya. Wujud penelitian deskriptif yang paling sederhana adalah penelitian survei.
Adapun penelitian eksperimental adalah penelitian yang berusaha memberi perlakuan atas obyek yang dikaji, misalnya mencoba mencampur zat x dengan zat y pada kondisi normal dibandingkan dengan kondisi hampa udara.
Laporan penelitian adalah menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan jenis dan tujuan penelitian. Pada tingkat SMA laporan penelitian dibuat dalam bentuk skala sederhana . penelitian bisa dikatakan selesai apabila pelaksanaan penelitian sudah disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian .
Syarat-Syarat Laporan Penelitian
Laporan penelitian dikatakan baik apabila memiliki syarat –syarat sebagai berikut :
a. Komunikatif, jelas dan dapat dipahami.
b. Ditulis secara sisitematis
c. Bahasa jelas /tidak berbelit-belit dan logis
d. Bentuk , isi, dan gaya sesuai.
e. Berdasarkan data yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Ciri-ciri Laporan Penelitian Ilmiah (Karya Tulis Ilmiah)
  1. Logis, yaitu segala keterangan yang disajikan dapat diterima akal.
2. Sistematis, yaitu segala yang dikemukakan disusun dalam urutan yang menunjukkan kesinambungan.
3. Objektif, yaitu keterangan yang disajikan menurut apa adanya.
4. Tuntas, yaitu masalah-masalah yang dimunculkan dikupas secara rinci dan lengkap.
5. Kebenarannya dapat diuji.
6. Berlaku umum, yaitu kesimpulan berlaku bagi semua populasi.
7. Memakai bahasa baku dan tata tulis yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Adapun langkah-langkah sebuah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Menentukan objek penelitian, misalnya tanaman jambu, hewan ternak,lingkungan
sekitar, karya sastra, dan sebagainya.
2. Menentukan sisi menarik dari objek penelitian, misalnya tentang zat gizi yang
terkandung dalam buah jambu, bisnis ternak yang menggiurkan, ancaman
pemanasan global, kritik sosial yang terkandung dalam karya puisi, dan
sebagainya.
3. Pengumpulan data.
4. Pengolahan data yang meliputi identifikasi dan analisis terhadap data terkumpul
dan mengambilan simpulan.
Contoh penelitian eksperimen :
Bacalah contoh karya tulis ilmiah mini berikut dengan cermat !




PENGOLAHAN TELUR ITIK DENGAN CARA SUNTIK



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya, ternak itik merupakan unggas yang dipelihara oleh para petani yang bermukim di daerah pantai, pedesaan dan daerah pegunungan. Hasil utama dapat diperoleh dari ternak itik adalah telurnya dan telur merupakan sumber protein yang praktis dan mudah didapatkan.
Konsumen telur itik utama adalah penduduk di kota-kota besar, resroran-restoran, di kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan-perusahaan tertentu dan sebagainya. Telur dijual kepada konsumen dalam bentuk telur mentah maupun telur asin, dimana pengasinan ini dibuat mempunyai tujuan untuk menambah selera dan memperpanjang daya simpannya.
Pembuatan telur asin secara tradisional yaitu dengan jalan membalut telur dengan campuran garam dan serbuk batu bata atau abu, lalu disimpan selama dua minggu. Ini kurang efektif karena membutuhkan waktu penyimpanan yang cukup lama serta menggunakan bahan cukup banyak. Berdasarkan hal-hal di atas dicoba untuk mengolah telur itik dengan cara suntik, karena dengan cara ini berbagai macam zat cair dapat diinjeksikan ke dalam telur sehingga rasanya dapat dibuat bervariasi sesuatu dengan keinginan kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusa  dari penelitian adalah :  a  Bagaimana teknik penyuntikan yang terbaik; b) Bagaimana waktu difusi sempurna dari berbagai volume zat yang diinjeksikan; c) Bagaimana daya simpan telur suntik sebelum dimasak,; d) Menentukan volume larutan bumbu yang harus diinjeksikan untuk memperoleh rasa yang paling enak; e)  Untuk mengetahui berapa ml larutan bumbu harus diinjeksikan ke dalam telur untuk mendapatkan telur suntik yang mempunyai rasa paling enak;  f) Bagaimana daya simpan telur suntik yang dihasilkan.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah u) Untuk mengetahui bagaimana teknik penyuntikan yang baik; b) Untuk mengetahui seberapa waktu yang dibutuhkan agar terjadi difusi sempurna dari volume zat yang diinjeksikan; c) Untuk mengetahui berapa hari telur yang baru disuntik mulai membusuk; d) Untuk mengetahui berapa ml larutan bumbu harus diinjeksikan ke dalam telur untuk mendapatkan telur suntik yang mempunyai rasa paling enak; e) Untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat terhadap telur suntik jika dibandingkan dengan minat masyarakat terhadap telur asin; f) Untuk mengetahui berapa jam tenaga yang dibutuhkan untuk membuat satu butir telur asin, berapa minggu daya simpan telur suntik yang dihasilkan
D. Manfaat
     1. Manfaat Untuk Siswa
                 Manfaat untuk siswa dari penelitian ini adalah agar siswa mampu memahami secara teoritis dan   
         praktek terhadap hasil dari penelitian ini.
     2. Manfaat Untuk Pembaca 
                 Manfaat untuk pembaca pada umumnya penelitian ini dapat digunakan sebagai rancangan    
         pengolahan telur itik dengan cara suntik untuk sebuah industri kecil atau home industry.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Itik
Itik termasuk Ordo Antidae, kelas unggas air (waterfowl) bersama-sama angsa dan swan. Itik memiliki sifat aquatic daripada angsa. Sifat khas lainnya adalah omnivorous perta, memakan biji-bijian, rumput-rumputan, umbi-umbian dan makanan yang berasal dari binatang.
Itik yang diternakkan sekarang ini adalah Anas Domesticus, berasal dari itik liar (Wild Mallard = Anas Boscha = Belibis = Mliwis), kecuali itik Manila (Entok = Muscovy Duck = Anas Moschata). Dalam keadaanm liar itik, bersifat monogamus, yaitu hidup berpasang-pasangan. Akan tetapi, setelah jinak (diternakkan) menjadi bersifat polygamus. Itik mempunyai tanda-tanda yang spesifik, yaitu : Kakinya relatif pendek disbanding dengan tubuhnya, jari-jari kakinya berselaput untuk dapat berenang, paruhnya tertutup selaput halus yang peka, dan pinggis-pinggir paruh tersebut merupakan plat yang bertanduk,
Bulu-bulunya berbentuk konkaf dan tebel menghadap ke tubuh, berminyak yang berfungsi untuk menghalangi air masuk ke dalam tubuh, tidak mudah kedinginan karena di bawah kulitnya terdapat lapisan lemak yang berfungsi sebagai isolator tubuh, dagingnya tergolong daging gelap (dark meat) dibandingkan dengan ayam berkasnya lebih rendah. 

B. Hasil-hasil atau Produksi Ternak Itik
Ternak itik dapat menyumbangkan produksinya untuk kebutuhan manusia. Telur itik banyak diperdagangkan di pasar-pasar dalam keadaan mentah atau sudah diproses. Telur cepat membusuk yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut : jika dimasukkan ke dalam air terapung, jika dikocok-kocok berbunyi, jika dibuka kuning telur tidak menggumpal lagi tetapi bercampur dengan putih telur, berbau busuk seperti gas H2S, jika dimasak rasanya tidak enak.
Agar mikroorganisme jangan sampai masuk dan berkembang biak di dalam telur sehingga telur menjadi busuk, cara itu adalah dengan : memasukkan ke dalam air panas lalu segera diangkat sehingga dalam telur akan terbentuk lapisan membran, melapisi kerabang telur dengan cara memasukkan ke dalam larutan Ca(OH)2 atau water glass, melapisi kerabang telur dengan minyak parafin, menyimpan telur pada suhu rendah sehingga telur dalam keadaan beku dan pengasinan. 
Menurut Abdul Gani (1964) prosedur pengasinan dilakukan sebagai berikut : membungkus telur yang hendak diasinkan dengan adonan yang terdiri dari bubuk batu bata, garam dan air setebal kurang lebih 7 mm, telur diletakkan berjajar pada suatu tempat dengan posisi tegak dua/tiga minggu kemudian telur sudah cukup asin dan siap untuk dijual biasanya bagian luarnya/putihnya saja yang cukup asin sedankan bagian kuningnya kurang asin, telur tersebut dibersihkan dari pembungkusnya, lalu dimasak. Telur asin yang kita buat sudah jadi dan siap dipasarkan. Telur yang diasinkan dengan cara di atas mempunyai daya simpan kurang lebih dua sampai tiga minggu. Telur asin yang membusuk dapat dilihat dari tanda-tandanya yaitu jika dibuka berair dan menjijikkan, berbau busuk, rasanya tidak enak
.
C. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan zat larutan yang pekat (Hipertonis) ke larutan yang kurang pekat (Hipotonis). Contoh : jika larutan gula encer dan larutan gula pekat dipisahkan oelh selaput yang dapat ditembus molekul gula maupun molekul air maka gula akan berdifusi dari larutan pekat ke larutan encer, hingga keduanya sama pekatnya. 

D. Hipotesis
Berdasarkan kenyataan di atas maka dapat ditetapkan hipotesis bahwa ” Pengolahan Telur Itik dengan Cara Disuntik Memungkinkan untuk Dilakukan”.

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneltian ini dilaksanakan di empat lokasi, yaitu dirumah penliti, dikelurahan Airlangga, kelurahan Mojo, kelurahan Tenggalis. Waktu yang digunakan untuk penelitian beserta penulisannya selama 15 minggu.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: bak air, jarum pentul, spet, pamci, kompor, pisau dan kamera. Sedangkan bahan-bahan yang dipergunakan adalah : telur, larutan bumbu, zat warna, kapur sirih dan plastik.
C. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur itik yang diperoleh dari pasar Manyar, Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan adalah secara acak sebagian/ beberapa dari telur.
D. Sistematika
Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu : tahap penelitian pendahuluan dan tahap penelitian inti.
E. Langkah Kerja
Membuat telur suntik dengan cara telur itik kemudian dicuci, kemudian dilubangi kedua ujungnya, disuntik dengan larutan bumbu, ditutupi dengan kapur sirih, disimpan, dianalisis/dibungkus dengan plastik. Analisis yang dilakukan adalah dengan membuka telur tersebut lalu mencicipinya rasanya apakah sudah merata atau belum. Analisis ini dilakukan setelah telur dimasak. Dan sebagian analisisnya dilakukan setelah penyimpanan satu minggu.
Teknik penyuntikan dengan ketentuan sebagai berikut : zat yang diinjeksikan adalah zat warna dan larutan bumbu dengan volume penyuntikan 2 ml, teknik penyuntikan adalah dari bagian pinggir dan tengah ujung telur, waktu penyimpanan 12 jam. Analisis yang dilakukan adalah dengan membelah telur suntikan yang direbus lalu diamati penyebaran warnanya.
Penentuan waktu difusi sempurna dengan ketentuan sebagai berikut : zat yang diinjeksikan adalah zat warna dan larutan bumbu dengan volume penyuntikan 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 2,5 ml; teknik penyuntikan adalah teknik yang terbaik (hasil penelitian inti yang pertama), waktu penyimpanan 12 dan 24 jam.
Penentuan daya tahan telur dengan mempersiapkan 40 butir telur dengan volume penyuntikan 0,5 ml dan 2,5 ml masing-masing 20 butir telur. Dengan ketentuan sebagai berikut : zat yang disuntikkan adalah lapisan bumbu, teknik penyuntikan yang terbaik, waktu penyuntikan adalah 12, 24, 36, 48, dan 60 jam. Analisis yang dilakukan adalah memasukkan telur ke dalam air dan membukanya (dalam keadaan mentah) lalu diamati bau dan keadaan warnanya.
Volume penyuntikan telur dengan ketentuan sebagai berikut : zat yang diinjeksikan adalah larutan bumbu dengan volume penyuntikan 0,5 ml ; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; dan 2,5 ml, teknik penyuntikan adalah teknik yang terbaik, waktu penyimpanan yang efektif. Analisis yang dilakukan adalah dengan membagi telur suntik yang ada kepada 45 orang dan meminta pendapat mereka mengenai rasa yang paling disukai dari kelima macam telur suntik tersebut.
Prosedur analisis perbandingan minat masyarakat telur suntik dan telur asin. Membeli telur asin dan membuat 5 telur suntik dengan cara seperti penelitian penentuan volumen injeksi, dengan ketentuan : volume penyuntikan adalah volume yang akan menghasilkan telur suntik yang mempunyai rasa yang paling disukai oleh konsumen. Analisis yang dilakukan adalah dengan membagi telur asin dan telur suntik tersebut kepada 456 orang lalu menanyakan kepada mereka akan rasa yang lebih disukai dari kedua telur tersebut.
Penentuan daya simpan telur suntik yang dihasilkan adalah dengan membuat 4 butir telur suntik trap minggu selama 6 minggu dengan ketentuan sebagai berikut : zat yang diinjeksikan adalah larutan bumbu dengan volume dan teknik penyuntikan yang terbaik, kemudian disimpan dengan waktu penyimpanan yang efektif, telur yang dihasilkan dimasak dan dibungkus plastik, setelah minggu ke-6 semua telur dibuka dan diamati keadaan warna, bau, dan rasanya.

BAB IV
DATA DAN  HASIL PENELITIAN
Dalam penetuan teknik penyuntikan ini, sesuai dengan foto hasil praktikum yang terdapat dalam lampiran menunjukkan bahwa penyuntikan dari tepi lebih baik jika dibandingkan dengan penyuntikan dari tengah. Penyuntikan dari tepi mempunyai penyebaran yang lebih luas. Pada penyuntikan dari tepi rasa asin menyebar merata pada seluruh bagian telur, sedangkan pada penyuntikan dari tengah rasa asin mengumpul pada sebagian kecil dari kuning telur. Dalam penyuntikan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : pada waktu menyuntik lubang telur yang tidak kemasukan jarum suntik harus benar-benar terbuka, penyuntikan harus dilakukan dengan perlahan-lahan. Apabila kedua hal di atas diabaikan, maka telur yang kita suntik akan pecah.
Pada penyimpanan selama 12 jam, zat warna menyebar merata pada putih telur dan sebagian kecil menembus kuning telur. Meskipun sebagian besar kuning telur teresebut tidak terkena zat warna tetapi warnanya berubah menjadi lebih putih dan rasanya lebih asin jika dibandingkan dengan kuning telur itik yang dimasak langsung tanpa penyuntikan. Namun demikian putih telur rasanya lebih asin daripada kuning telur.
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap daya simpan telur suntik sebelum dimasak, diperoleh hasil bahwa telur tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda busuk setelah penyimpan selama 48 jam.
Hasil analisis terhadap rasa yang paling disukai berdasarkan indra pengecap dan selera dari 45 orang dari tiga lokasi, yaitu kelurahan Airlangga, kelurahan Tenggilis, dan kelurahan Mojo, diketahui bahwa selera orang tidak sama. Hal ini memberi petunjuk bahwa dalam memproduksi telur harus dibuat bervariasi dengan volume produksi yang sesuai dengan prosentase minat masyarakat, dimaana volume injeksi yang paling diminati oleh masyarakat adalah 2,5 ml.
Sesuai dengan hasil analisis berdasarkan pengecap dan selera dari 45 orang dari kelurahan Airlangga, kelurahan Tenggilis, dan kelurahan Mojo, bahwa masyarakat lebih menyukai telur suntik jika dibandingkan dengan telur asin, walaupun perbedaannya tidak mencolok tetapi ini memberi petunjuk bahwa bila telur suntik dijual dengan harga yang sama dengan telur asin maka kemungkinan pemasaran telus suntik lebih baik jika dibandingkan dengan telur asin atau paling tidak seimbang.
Dari pengamatan dengan membandingkan kondisi telur suntik yang disimpan selama 1 sampai 5 minggu dengan telur suntik tanpa penyimpanan, dilihat dari warna, bau, rasa, dan kondisinya, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti, rasa sedikit berubah dibandingkan dengan yang tanpa penyimpanan, namun demikian perbedaan ini tidak seberapa mencolok.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan :
    1. Untuk membuat telur suntik yang baik, harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
         a.  Dalam menyuntik telur, telur harus dilubangi ujung lancip dan ujung tumpulnya lalu disuntik dari  
             sisi tepi (bagian putih telur).
         b. Telur yang telah disuntik tersebut disimpan selam 12-36 jam agar terjadi penyebaran larutan    
             bumbu yang sempurna.
        c.  Volume larutan bumbu yang diinjeksikan sesuai dengan selera konsumen. Untuk produksi     
             dalam jumlah besar, ketentuan produksinya sebagai berikut :
       1).  # 60 % hasil produksi dengan volume larutan bumbu 2,5 ml.
       2).  # 26,7 % hasil produksi dengan volume larutan bumbu 2 ml.
       3). # 13,3 % hasil produksi dengan volume larutan bumbu 1,5 ml.
     d. Telur suntik yang dihasilkan dari proses di atas dapat bertahan selama 5 minggu.
              ( e dan f, sesuai jumlah rumusan masalah)

B. Saran
1. (Untuk konsumen telor).
2. (Untuk industri pengolahan telur).
 



Contoh Penulisan Karya Tulis Ilmiah deskripsi

KAJIAN UNSUR –UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR-UNSUR BUDAYA JAWA
  PADA NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, di pahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra menyajikan kehidupan yang tersaji dalam teks sastra sebagian besar terdiri dari kenyataan social. Dalam pengertian kehidupan menyangkut hubungan masyarakat, antar individu dengan masyarakat, antar peristiwa dan antar manusia
Pada hakikatnya seorang penyair adalah anggota masyarakat. Oleh karena itu, ia terikat oleh status sosial tertentu. Itulah sebabnya sastra dipandang sebagai intuisi sosial yang menggunakan medium(sarana) bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan produk sosial sebagai sistem tanda yang bersifat arbitrer. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial(Sapardi Djoko Damono dalam Rahmat Djoko Pradopo dkk,2001:157).
Novel Canting merupakan novel karya Arswendo Atmowiloto yang berlatar belakang kebudayaan Jawa kental dengan lingkungan kraton Surakarta. Canting adalah nama cap batik yang sukses diproduksi Ngabean. Batik merupakan Ciri khas karya budaya kota Solo namun seiring perjalanan waktu canting tidak bertahan lagi karena munculnya jenis batik printing(cap)
Novel Canting merupakan novel yang bercerita tentang kenyataan sosial dalam suatu etnis, yakni etnis Jawa. Dengan demikian, pembahasan unsur intrinsik dan ekstrinsik dengan pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang tepat. Hal ini dikarenakan pendekatan sosiologi menghubungkan karya sastra dengan lingkungan masyarakat yang melingkupinya.
Beberapa hal tersebut di atas merupakan alasan yang melatar belakangi penulis untuk menganalisis novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Penelitian ini berjudul ” Kajian Unsur-Unsur Intrinsik dan Unsur-Unsur Budaya Jawa Pada Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto” (Tinjauan Sosiologi Sastra).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka dapat peneliti rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakan unsur-unsur intrinsik dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto?
2. Bagaimanakah bentuk pengungkapan unsur-unsur budaya Jawa dalam novel
   Canting karya Arswendo Atmowiloto?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dideskripsikan:
1. Mengetahui bagaimana unusr-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Canting
karya Arswendo Atmowiloto.
2. Bagaimanakah bentuk pengungkapan unsur-unsur budaya Jawa dalam novel
Canting karya Arswendo Atmowiloto.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Menembah wawasan pada penelitian sastra dengan pendekatan sosiologi
sastra.
b. Menambah dan memperkaya wawasan dalam penelitian sastra khususnya
unsur- unsur yang membangun novel.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pembaca dalam
memahami karya sastra dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari dengan mengambil nilai positif terhadap karya sastra.
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Pengertian Novel
Aminuddin (2002: 66) berpendapat bahwa Karya fiksi lebih lanjut dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang dikandung oleh setiap bentuk karya fiksi maupun cara pengarang memaparkan isi ceritanya memiliki kesamaan meskipun dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan. Oleh karena itulah hasil telaah suatu roman, misalnya pemahaman atau ketrampilan lewat telaah tertentu, dapat juga diterapkan baik dalam rangka menelaah novel maupun cerpen.
b. Jenis Novel
Jakob Sumardjo dan Saini, (1986: 29) berpendapat bahwa novel dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yakni novel percintaan, novel petualangan, dan novel fantasi.
1) Novel percintaan merupakan novel yang didalamnya terdapat tokoh perempuan dan pria secara seimbang, bahkan peranan perempuan lebih dominan. Sebagai novel yang dibuat oleh pengarang termasuk jenis novel percintaan dan jenis novel ini hampir terdapat semua tema;
2) Novel petualangan melibatkan peranan perempuan lebih sedikit daripada pria. Jenis novel petualangan merupakan bacaan yang banyak diminati kaum pria karena tokoh pria sangat dominan dan melibatkan banyak masalah dunia lelaki yang tidak ada hubungannya dengan perempuan. Jenis novel ini juga terdapat unsur percintaaan, namun hanya bersifat sampiran belaka.
3) Novel fantasi bercerita merupakan novel yang menceritakan peristiwa yang tidak realistis dan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
C. Struktur Novel
Wellek dan Warren(1993: 283) mengatakan bahwa pada umumnya kritikus yang membedakan novel dengan karya sastra lain akan membedakan tiga unsur pembentuk novel yaitu: alur, penokohan, dan latar.
Adapun dalam lingkup karya fiksi, Stanton ( dalam Rachmat Djoko Pradopo dkk, 2001:56). Mendeskripsikan bahwa struktur karya sastra terdiri dari 3 unsur yakni tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Fakta cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana, simbol-simbol imaji, dan juga cara-cara pemilihan judul.
D. Sosiologi Sastra
Suwardi Endraswara(2006: 77). Mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan jamannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, sehingga tidak terpancang pada tempat. Penelitian ini dilakukan di tempat-tempat tertentu yang sudah dipersiapkan yaitu perpustakaan, di rumah, dan tempat-tempat yang memiliki hotspot untuk ekses internet. Kegiatan penelitian yang dilaksanakan meliputi persiapan, pengumpulan data, penganalisisan data, verifikasi data, dan penyusunan laporan penelitian, waktu dan kegiatan penelitian bersifat fleksibel. Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Pebruari sampai April 2010 tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra novel dan unsur-unsur budaya Jawa dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto.
B. Bentuk dan Pendekatan
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan data yang dikumpulkan berupa kalimat-kalimat, Adapun Pendekatan penelitian yang digunakan adalh pendekatan sosiologi sastra, yaitu penelitian yang menganalisis tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra novel dan unsur-unsur budaya Jawa dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto.
C. Sumber Data
1. Dokumen
Dalam penelitian ini berupa novel Canting karya Arswendo Atmowiloto yang diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama( Jakarta) tahun 1997 dengan tebal 377 halaman.
2. Nara Sumber
Seseorang yang dipandang mampu dan mengetahui permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang sudah membaca novel Canting karya Arswendo Atmowiloto yaitu siswa dan guru bahasa Indonesia.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis Dokumen
Analisis ini diawali dengan pencatatan dilakukan dengan membaca secara cermat dan berulang-ulang sehingga dapat dipahami maknanya, sambil memberi tanda pada kalimat-kalimat dalam novel yang berkaitan dengan obyek kajian, meliputi unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur budaya dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto
b. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentan relevansi unsur-unsur inrinsik dan unsur-unsur budaya Jawa pada informan yaitu guru SMA, pakar pendidikan dan sastra, dan siswa.
E. Uji Validitas Data
Untuk megukur validitas tentang konsep-konsep yang disampaikan pengarang melalui karya sastra keabsahannya dapat dijamin melalui teknik triangulasi. Patton (dalam Sutopo, 2002: 178) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi yaitu: (1) trianggulasi data; (2) triangulasi sumber; (3) triangulasi teori; dan (4) triangulasi metode. Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode dan sumber. Triangulasi metode adalah pembahasan masalah dengan mengggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama, sedangkan triangulasi sumber yaitu tringulasi yang menggunakan sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. Triangulasi inii menggunakan informan guru bahasa indonesia SMA, pakar pendidik sastra, dan siswa.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang diigunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Interactive model of analysis) yang digunakan Mies dan Huberman, 1992: 20).
Model analisis interaktif meliputti tiga komponen penting yang selalu bergerak, yaitu: Reduksi data (data reduction), Penyajian data (data display), Penarikan kesimpulan (conclusion drawin).
G. Prosedur Penelitian
a. Menentuka novel yang akan diteliti yang mampu memberikan gambaran tentang unsur-unsur intrinsik novel dan unsur-unsur budaya Jawa.
b. Menentukan informan yang dianggap mampu dan memahami tentang sastra novel terutama mengenai unsur-unsur budaya Jawa.
c. Menentukan unsur-unsur intrinsik novel dan unsur-unsur budaya Jawa.
d. Menganalisis data-data yang diperoleh tentang unsur-unsur intrinsik novel dan unsur-unsur budaya Jawa.
e. Wawancara dengan nara sumber yang memahami tentang sastra novel.
f. Wawancara dengan narasumber yang memahami tentang unsur-unsur budaya Jawa.
g. Menyajikan data hasil analisis dengan hasil wawancara.
h. Menarik kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Unsur-Unsur intrinsik dalam novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto
a. Tema
Tema yang terdapat dalam novel Canting yaitu tentang sikap hidup manusia dalam menghadapi kenyataan hidup. Kenyataan hidup yang dialami Ni anak bungsu Raden Ngabehi Sastrokusumo yang berkeingginan melanjutkan usaha pembatikan yang telah mengalami kekalahan bersaing dengan produk lain. Produk lain tersebut adalah berupa batik printing. Kekalahan inilah yang membuatNi berusaha untuk bangkit agar usahanya tetap berjalan dengan cara melepas cap canting menjadi cap printing.
b. Amanat
Amanat yang terdapat dalam novel Canting adalah:
  1. Bersyukur kepada Tuhan Jika Tuhan memberi cobaan janganlah kita larut ke dalam cobaan itu
“Janganlah tenggelam dalam kesedihan. Jangan terlontar dalam kegembiraan. Jelek-jelek aku, ibumu, tak pernah tenggelam dan silau”(Canting: 285)
  1. Banyak beramal dan berbuat baik terhadap sesama untuk bekal di akhirat sebelum kita terlanjur meninggal dunia.
“ Hidup ini hanya mampir ngombe, singgah minum. Terlalu singkat dibandingkan dengan hidup sebelum dan sesudah mati ( Canting: 252).
  1. Jika kita telah berhasil hendaknya jangan menjadi sombong. Kita harus inggat asal usul kita sebelumnya sehingga jika tiba-tiba Tuhan memberi cobaan kita siap menerima dan menghadapinya.
“ Inggat selalu, kamu ini anak desa. Nusupan ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kota. Apalagi keraton. Kamu harus selalu inggat tanah kelahiranmu, asalmu, supaya tidak lupa. Supaya kuat menerima wahyu Tuhan Yang Maha Agung. Kamu bukan hanya membahagiakan dirimu. Orang tuamu. Lelihurmu, tetapi selurh desa Nusupan ini. Sebelah timur sungai Bengawan Solo ini akan derajatnya, “ kata Ayahnya(Canting: 77).
  1. Jika mau berusaha pasti akan mendapatkan hasilnya. Begitu juga mau berkecukupan kita harus bekerja.
“ Mereka tau tangan mana yang bekerja, itu yang layak memuluk, yang layak menyuap nasi ke mulutnya. Bukan tangan yang digenggam,” (Canting:121).
c. Alur
Alur merupakan Rangkaian cerita yang membangun sebuah cerita baik dengan alur maju maupun alur mundur. Alur cerita dalam novel meliputi: (1). Eksposisi (penyituasian); (2). Inciting moment (perkenalan); (3). Rising action; (4). Complication; (5). Climax; (6). Falling action; dan (7) denovement (penyelesaian).
Alur yang digunakan dalam novel Canting adalah alur campuran atau
gabungan (regresif-progresif) dengan perincian sebagai berikut:
  1. Eksposisi (penyituasian)
Pada tahap awal pengarang menceritakan keadaan keraton Sastrokusumo dengan seratus dua belas buruh batik yang bekerja pada pembatikan cap Canting Sastrokusumo.
  1. Inciting moment (perkenalan)
Kegiatan Pak Bei setiap malam jumat kliwon mengadakan pertemuan membicarakan bagaimana caranya menggembangkan kebudayaan Jawa yang semakin meroosot. Berlanjut dengan menampilkan alur mulai mundur saat Pak Bei ingat ke masa kecilnya yang sedang bermain-main dengan teman-temannya, seperti kutipan berikut:
“ Pak Bei teringat masa kanak-kanaknya. Ketika ia dan teman-teman sebayanya, Tumenggung Rekso, Bei Tondo, Suka mempermainkan kusir gerobak yang tertidur. Ia memutar balik gerobak itu. Arahnya jadi terbalik”( Canting: 30).
3. Rising action
Tahap pemunculan konflik terlihat pada munculnya permasalahan antara
Bu Bei dan Pak Bei. Bu Bei sedang mengandung tetapi kandungan tersebut
diragukan oleh Pak Bei bukanlah benihnya. Jika anak tersebut dewasa dan
berkecimpung di perbatikan, maka ia bukan darah Satrokusuma, seperti kutipan

2 comments:

achnet mengatakan...

wew... makasih contohnya :)

Teh Nining mengatakan...

terima kasih

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates