• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

LUBANG BESI BERNADA

Minggu, 18 April 2010

LUBANG BESI BERNADA

(SEPDIANANTA ARTA DEWA)

Tidak mudah untuk dapat bertahan hidup sampai sekarang ini, banyak halangan dan rintangan yang menggalang di depan kita tetapi semua itu bisa kita hadapi dengan semangat dan kemauan tinggi seperti apa yang aku alami ini. Namaku Arman vikri , aku duduk di kelas 12 di salah satu sma negeri di malang, aku hidup bersama lima anggota keluargaku yang amat aku sayangi. Ayah, ibu, kakak, adik dan aku .

Mentari pagi beri salam lagi, suara burung sambut hari berganti. Tak terasa hari juma’at itu pun datang, tanpa disadari ternyata aku telah membuat janji dengan seorang teman yang sudah lama aku kenal, dia bernama Vanya. Seperti hari jum’at yang sudah-sudah, dia bersama seseorang teman yang selau bersamanya dan karena itu hari jum’at diapun membawa terompet kesayangannya untuk berlatih bersama guru yang membimbingnya selama ini.

Memang dia seorang pemain terompet yang sangat hebat sampai-sampai aku pun tertular untuk ikut meniup bersamanya, mungkin aku dan dia tidak sadar kalau terompet yang menyatukan kami sampai sekarang ini, memang tidak mudah untuk seorang bisa meniup sebuaah lubang besi bersuara, butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai kepandaian sekarang ini.

Dan pada juma’at itu aku dan dia sudah berjanji untuk berlatih terompet bersama, karena aku belum mempunyai terompet sendiri oleh karena itu aku pergi kerumah dia untuk menjemput sekaligus meminjam sebuah terompet. Rumahnya sangat jauh dari rumahku dia di ujung selatan dan aku di ujung utara, tetapi semua itu tidak mengecilkan niatku untuk menjemput dan berlatih bersamanya. Rasa lemas,lelah dan capekpun campur aduk , tapi apalah arti semua itu jika aku bahagia menjalaninya.

Kebiasaan itu terus aku jalani tanpa sedikit bosan atau hal yang lainya, karena hampir tiap jum’at aku selalu bersamanya, tanpa disadari aku dan dia sama-sama merasakan munculnya perasaan sayang. Memang rasa sayang ini murni dari hati kita masing-masing. Tetapi, Yaaa... terompetlah yang membuat aku dan dia mempunyai rasa seperti ini, dan mungkin rasa ini tak pernah hilang hingga akhir hayatku.

Sejak saat itu di setiap malam akan bertabur sejuta bintang di angkasa aku selalu terpikir oleh bayang-bayangnya, tidurpun tak nyenyak sebelum mendengar suaranya. dan bila hujan turun aku selalu menjadi teman terbaik dia karena dia orang yang sangat takut hujan dan terutama hujan pada malam hari dan sangat deras. Dan kebiasaan itu pula juga terjadi terus-menerus hingga jalannya waktu, terkadang aku merasa menjadi orang yang begitu penting dihadapannya dan begitu pula sebaliknya.

Handphone, yang menghubungkan kita di saat aku dan dia sedang jauh. Telepon, sms dan chat mengisi hari-hariku yang begitu longgar. Kosong terasa bila aku dan dia tak ada komunikasi, paling tidak sehari kita sudah bisa berhubungan walau hanya dari dunia maya dan tanpa tatap muka langsung. Tetapi semua itu kita buat serasa dekat karena bila bertemu aku harus mengendarai motor sekitar 10 kilo meter dari rumah dan itu bukan suatu jarak yang dekat untuk sebuah pertemanan yang kental. Mungkin tak bisa dibayangkan jika suatu hari aku dan dia tak berhubungan sama sekali, itu hal yang sangat sulit buat aku dan dia. Hahaha, memang menurut orang-orang itu hal yang sangat cenderung anak-anak tetapi percaya atau tidak percaya itu benar-benar terjadi padaku dan dia.

Lambat laun pertemanan ini menjadi sangat dekat dan rasa sayang ini melebihi sayang untuk sekedar pertemanan melainkan baknya seorang kekasih sejati yang tak pernah berpisah. Dan hingga pada suatu hari aku tak bisa menahan lagi apa yang ada dalam hatiku yang terdalam ini, dengan sedikit malu-malu aku menyatakan perasaanku kepadanya. Aku sayang kamu itulah yang terucap di bibirku saat aku memandang matanya yang bening dan wajahnya yang begitu memancarkan cahaya seolah berkata padaku tentang rasa sayang yang dia juga punya terhadapku. Tetapi dia tidak langsung menjawab semua pertanyaanku melainkan hanya memancarkan wajah yang pucat pasi menahan perasaan malu dan bahagia.

Sejenak aku dan dia diam dan termenung dengan saling memandang, tak lama kemudian dia mengeluarkan kata-kata yang membuat aku terasa lega.

“Aku bukan wanita yang sempurna seperti yang kamu pikir tetapi aku akan berusaha menjadi wanita yang sesungguhnya dan lebih baik dari wanita yang kamu bayangkan selama ini tentang aku untukmu saja,” kata Vanya.

”Vanya... Selama ini sebenarnya aku ingin mendengar kalimat ini keluar langsung dari bibirmu yang manis, kesanggupanmu untuk selalu menerima kehadiranku”. Yes... Leganya diriku saat itu, serasa semua gumpalan yang ada dalam hatiku sudah aku keluarkan.

Tak pernah aku bayangkan sebelumnya wanita berkulit putih dan berambut panjang itu menjadi seseorang yang begitu aku sayangi dan aku harapkan selama ini. Wanita peniup terompet itu kini bukanlah seorang wanita biasa di hadapanku, dialah Vanya yang selalu aku sayangi. Dan semoga rasa ini abadi selamanya hingga ajal yang mejemput kita berdua.

Tetapi selama aku dan dia bersama bukan berarti aku hidup damai dengannya, masalah sedikit demi sedikit mulai berdatangan entah apa yang membuat semua itu terjadi tetapi itu nyata. Mulai dari masalah yang kecil dan bisa diselesaikan hingga masalah yang sangat besar sampai mungkin tak bisa diselesaikan. Suatu hari aku dan dia mengalami problema yang sangat berat sehingga dia memutuskan untuk menghentikan semua ini, aku bilang ini hanya cobaan dan kalau kita bisa melewatinya pasti akan ada cobaan yang akan datang dan mungkin lebih berat di banding sekarang ini. Apakah ini sebuah kutukan? Aku bertanya dalam hati kecilku.

Selama ini aku sangat berharap bisa menjadi orang terpercaya dihadapan seorang Vanya, tapi semua itu tidak mudah melainkan butuh pengorbanan besar untuk mendapatkan setitik kepercayaan dari dia. Apalah arti kepercayaan bagiku? Tak hanya sekedar percaya tetapi aku butuh itu semua agar aku dan dia bisa menjalani hidup dengan tenang dengan kepercayaan itu. Tak mudah seseorang menghancurkan bila ada kepercayaan itu. Selama 3 tahun ini banyak orang yang iri dan ingin hubunganku dengannya berhenti tapi aku bukan orang yang mudah mundur untuk tetap berjalan.

Bukan sekedar janji-janji palsu yang aku ucapkan untuk dia, walaupun aku tahu aku belum terlalu matang untuk sebuah perkawinan tetapi aku coba membangun dan menabung sayangku mulai dari sekarang. Memang tidak mudah mengumpulkan semua itu, tapi aku lelaki pasti bisa menjalankan semua itu tanpa ada paksaan dari manapun.

Aku merasa sangat sayang kepadanya tetapi di suatu sisi aku harus menghentikan hubungan secepat mungkin karena aku tak mau menyakitinya. Tahu kenapa aku begitu? Sudah tiga bulan ini aku mengidap penyakit yang mungkin sulit untuk disembuhkan, kanker hati stadium dua. Penyakit apalagi ini, sulit untukku melanjutkan hubunganku dengannya karena bila suatu saat aku mati aku tau dia pasti akan sangat terluka dan mungkin tak bisa diganti dengan apapun aku yakin itu! Berat bagiku memilih mana yang harus kulakukan, menghentikan ini? Atau jujur kepadanya? Sangat sulit itu kulakukan sekalipun dia juga pasti mengerti.

Suatu saat penyakit jahat itu mulai menggerogoti tubuh ini. Sakit luar dalam terasa lebih-lebih terpikir di benakku bagaimana nasib seorang perempuan yang aku sayangi itu? Aku merasa sudah terpojok dan aku bingung harus bagaimana. Tapi tiba-tiba aku merasa sangat lemas dan dibawa kerumah sakit. Di perjalanan aku berpesan kepada salah satu anggota keluargaku yaitu ibu, karena ibu selalu disampingku. Aku berpesan jika Vanya mencari diriku jangan berkata kalau aku mengidap penyakit kanker itu karena aku tak mau dia menderita karena aku.

Saat itu aku mengalami koma yang sangat lama, bayangkan jika tiga minggu tidak sadar dan hanya terbaring lemas di besi berbusa tebal itu. Apakah aku sudah mati? Kataku dalam hati dan saat itu aku hanya bisa merasa sakit yang amat luar biasa dan yang aku pikir hanya ingin cepat sembuh untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan kekasihku Vanya. Tapi semua yang aku anggap benar ternyata salah besar untuk semua, Vanya tau kalau aku mengidap penyakit kanker dan diapun tak bisa menahan tetesan air mata yang mengalir dari matanya. Salahkah diriku atas semua ini? Aku juga bingung karena akupun juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk bisa membuat Vanya menjadi wanita yang tegar menerima semua ini dengan lapang.

Tiga minggu setelah aku koma akhirnya akupun sadar dari tidur panjangku, aku membuka mata dengan perlahan saat aku buka pertama yang aku lihat sangat ramai orang tetapi yang jelas ibu yang pertama jelas aku tatap. Di sela-sela itu aku melihat sosok perempuan yang telah aku bohongi.

”Maafkan aku Vanya aku hurus melakukan semua ini demi kamu dan agar kamu tidak khawatir, hanya itu maksudku aku berbohong kepadamu”’ kataku menahan gejolak keharuan.

”Sudahlah yang penting sekarang kamu sudah disampingku dan aku akan menemanimu selalu,” jawab Vanya dengan menahan tetsan air mata.

Dalam batinku aku berkata, apakah ini malaikat yang turun dari surga karena dia begitu sabar menghadapi sifatku ini. Betapa bahagia aku mempunyai seorang wanita seperti ini.

Ternyata aku belum sadar 100%, aku barusan hanya mengigau karena perasaan rinduku yang amat mendalam terhadap Vanya. Aku juga tak tau mengapa aku menjadi segitunya kepada dia, apa yang terjadi kepada vanya? Kenapa perasaanku menjadi trus kepikiran kepada dia. Dimana dia sekarang ini, aku rindu kepadanya!

Ibu sebenarnya tahu apa yang terjadi pada kekasihku Vanya itu, tetapi ibu tidak tega berbicara kepadaku soal ini karena ibu tahu kalau aku mendengar kabar itu aku tak akan kuat merasaakannya. Berawal dari Vanya yang selesai menunggu aku di rumah sakit lalu dia pulang menaiki bus yang sering dia tumpangi sampai rumahnya, entah kenapa dia mendadak lemas atau karena kelelahan dan belum makan. Aku tak menduga dia yang semula kuat mendadak jatuh di halte bus dekat rumahnya, karena jalan begitu ramai dia tertabrak mobil dan terlempar jauh. Detak jantungnya berhenti seketika saat kecelakaan itu terjadi. Perasaanku mengatakan kalau dia sudah pergi namun hati ini tak bisa menerima ini semua terjadi.

Berarti tadi aku hanya berbicara dengan fatamorgana dia Karena aku sangat ingin bertemu dia dan itulah sebabnya dia muncul dalam bayang-bayangku. Saat itulah aku merasa menjadi orang yang sudah tak berguna lagi. Karena orang yang selama ini aku cinta I, aku banggakan dan aku kagumi telah tiada. Mendadak aku tak bisa menahan air mata turun dari atas kebawah. Sulit sekali rasanya aku tahan.

Embun di pagi buta menemani kesendirianku, aku hanya termenung mengingat Vanya itu. Mengapa dia pergi begitu cepat??? Kenapa?? Aku masih sangat mencintai dirinya, mengapa ini terjadi? Hampir setiap hari aku selalu menjengguk di kuburan untuk mendoakan dia sekaligus mengobati rinduku padanya walau hanya sedikit.

Hari-hariku setelah tiada dia hanya terisi oleh sebuah terompet yang sempat aku pinjam darinya, tiap hari aku hanya memainkan dan memandangi terompet itu. Untuk mengingat dia waktu dia masih di depanku. Sesaat aku terus berfikir mengapa dia meninggalkanku? Itu yang terus aku tanya pada tuhan. Mengapa tuhan kau ambil dia begitu cepat??

TAMAT

0 comments:

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates