• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

BERBALUT MIMPI DALAM 16 JAM

Minggu, 08 Mei 2011

BERBALUT MIMPI DALAM 16 JAM

            Aku tak pernah bermimpi akan jadi seperti ini,  hal yang dulu aku benci dari ayahku  kini menurun padaku. Ayahku seorang pekerja keras dan selalu mengatur waktu di hari-harinya dengan aktivitas yang benar-benar bermanfaat dan menghasilkan uang. Hingga suatu ketika harus menikahi seorang wanita muda jelita dari daerah sunda,dan meninggalkan ibuku. Sekarang, aku bukannya tidak memahami keingginan putriku tapi aku memang tidak tahu pasti jawaban yang mana yang harus aku berikan pada putriku untuk memenuhi keingginannya. Hingga pada suatu malam putriku menghadangku di depan pintu saat aku puang dari kantor.
            “ Kenapa Papa sibuk setiap hari? Tanya putriku dengan wajah curiga.
“ Lia...kamu akan ngerti kalau kamu sudah berkeluarga nanti”, jawabku  
pelan.
“ Kalau aku sudah berkeluarga ga bakalan tanya Papa gini yang tak tanya
mesti suamiku, kenapa suamiku selalu sibuk dan jarang di rumah.” jawab Lia polos.
“Lia... kamu nda boleh ngomong gitu lagi, pantangan ditanyakan pada orang
tua yang selama ini membesarkanmu!” jawabku menenangkan perasaannya.

            Hal itu selalu ditanyakan putriku dan selalu berakhir dengan pengertian Lia padaku.  akhir-akhir ini sejak di hpku ditemukan tulisan-tulisan mesra dari temen-temen perempuanku. Sebenarnya tulisan-tulisan itu hanya gurauan saja untuk menghilangkan rasa penat di kepala karena setiap hari selalu bekerja dalam 16 jam. Di belahan jiwaku yang lain meskipun hanya bergurau terkadang masuk juga ke dalam hatiku dan mampu menghibur. Ku akui, aku memang sangat ceroboh, sering lupa menghapus sms-sms nakal dari temen-temanku. Hampir tiap kali aku pulang larut malam dalam keadaan capek, aku langsung istirahat. Sampai aku tidak menyadari kalau ternyata Lia anakku sangat menanggapi sms-sms di hpku dengan cukup serius.
            Diam-diam Lia anakku selalu memantau hpku tiap kali aku tidur malam, sms-sms yang mencurigakan ia catat nomornya, Lia selalu menghubungi teman sekantorku dan menanyakan siapa pemilik no hp itu. Waktu itu pukul 11 malam, Lia menelpon temen sekantorku, Bu Tari namanya, ia menanyakan keberadaanku dengan curiga.
“ Papa di mana bu... di kantor pa kemana? emang dikantor ada acara?”, 
pertanyaan ketus itu dilontarkan gitu aja melalui telpon pada Bu Tari temenku.
“ Ya... emang ada acara di kantor nduk tapi saya nda berangkat, anak-anak lagi ngadepi ujian jadi lebih berat nunggu anak-anak ketimbang ikut acara. Apa tadi Papamu nda pamit? memang kenapa?”. Jawab Bu Tari yang baru saja istirahat dan hampir terlelap di tempat tidur.
            “ Masalahnya Papa smsan dengan satu no hp yang sama, tolong bu... pastikan besok tanyakan apa semalem Papa benar-benar ada di kantor apa tidak. Tadi berangkat jam 7 malam kok sampe tengah malem gini belum pulang juga”.
            “Ya... besok tak cari informasi, sekarang kamu tidur aja”, jawab bu ismi menenangkan Lia.
            Esok paginya Lia menanyakan lagi pada Bu Tari tentang keberadaan Papanya. Dan selalu berakhir dengan pengertian Lia padaku.
            Belum ada 1 bulan kembali Lia menghubungi Bu Tari temenku, menanyakan tentang sms di hpku lewat sms.
            “Bu... jujur ma aku, ni no hp sapa 085328274006, jawab bu...sekarang penting!?”, pertanyaan ketus dan lugu tertulis dari hp Lia.
            “Nduk.... nda tahu no siapa itu!”, jawab Bu Tari pendek.
            “ Pagi tadi Mama berantem ma Papa, Mama nangis-nangis  melihat di hp papa ada foto mesra  dengan perempuan bertahi lalat disebelah hidungnya dan berambut panjang lurus, tapi Papa nda peduli langsung berangkat ke kantor tanpa memberikan penjelasan ma Mama. Di hp Papa banyak kalimat akrab dan mesra, orangnya sms kalau Papa pernah menyatakan cinta padanya, 2 tahun yang lalu. aku pusing ternyata Papa genit banget”, curhat Lia pada Bu Tari meluncur begitu saja.
            “Ya... paling teman yang sedang bergurau saja”, kembali Bu Tari menjawab dengan singkat.
            “ Please...Tolong Bu Tari ngecek no hp siapa ini, aku tunggu sekarang juga!”, kembali Lia merengek-rengek tiap kali mendapatkan sms mencurigakan di hp Papanya.
            Bu Tari mencoba menghubungiku Cahyono lewat telpon dengan kalimat santai dan menggoda.
            “ Cahyono... lagi deket ma perempuan siapa ya...kasih tahu dong siapa yang selalu telpon dan sms?”, jawaban tak terduga keluar tak terkontrol emosiku menjawab pertanyaan Bu Tari.
            “ Tari! Jaga mulutmu... bukan urusanmu aku dekat dengan perempuan manapun, jangan ikut campur urusan orang lain, aku bukan apa-apamu!”, Jawab emosi dari kajauhan.
            Mendengar jawabanku yang tidak bersahabat tari mengurungkan niatnya untuk berdialog lebih banyak lagi. Kemudian Tari mencoba menghubungi hp dari no yang diberikan Lia padanya. Dengan dialog yang cukup panjang, Bu Tari berhasil mendapatkan data. Ia bernama Ismi bekerja sebagai karyawan di  BRI, mengakui sering sms  akrab dan mesra-mesra denganku tapi hanya sekedar bergurau tidak lebih dari itu.  Esok paginya Cahyono juga mengaku kalau perempuan itu Ismi pegawai BRI. Setelah Bu Tari menyelidiki lebih lanjut ternyata namanya bukan Ismi dan bukan pegawai BRI tapi bernama Diah seorang guru honorer di SMA. 
            Keadaan di rumahku semakin memanas sepanas jiwaku yang terbakar membara saat menerima sms-sms dari Ismi. Masih ku ingat awal ketemu dengan Ismi 2 tahun yang lalu. Wajah cantik,manja ,dan sangat mempesona. Aku tidak munafik aku selalu merasakan semangat yang luar biasa akhir-akhir ini.  Aku merasakan selalu merindukannya, selalu inggin kontak, selalu inggin bertemu.Tapi kecemburuan mamanya Lia dan kecurigaan Lia sering membuat buntu pikiranku seperti merantas diujung-ujung mata kilatan belati dalam berdiri beku untuk beranjak berdiri dan melangkah. Hingga malam itu, sepulang dari kerja, anak-anak dan istriku sudah menunggu di ruang makan sambil memberikan minuman hangat untukku.
            “ Papa seorang lelaki egois dengan  jam kerja 16 jam setiap hari. Papa tidak pernah mau tahu kalau aku, adek-adekku dan mama selalu cemas, takut, kesepian dan putus asa. Papa tidak pernah memikirkan aku dan mama, sehatkah, cemaskah, kesepiankah. Papa memang tidak pernah mau tahu. Dan Papa selalu ngeyel tiap kali aku dan mama menginggatkan untuk tidak smsan dengan temen-temen perempuan Papa”, protes Lia dengan lantang di hadapanku saat aku merasakan capek yang teramat sangat sepulang dari kerja.
            Kata-kata itu ingin sekali kulupakan dengan cepat tapi selalu muncul dan muncul kembali di telingganya. Aku hentikan laju mobilku, merenungi diri, apakah benar kalau diriku ini telah gagal menjaga kewibawaan di hadapan anak-anak?
“Apakah aku seorang Papa yang yang telah gagal, Papa paling buruk di dunia?, Lia benar, aku sangat egois seorang laki-laki dengan jam terbang 16 jam per hari. Selama 16 jam aku berada di luar rumah yang seharusnya berbagi dengan dengan anak-anak dan istriku dirumah. Aku memang tidak ingin anak-anakku tahu  kalau aku memiliki teman perempuan. Walau bagaimanapun aku tetap manusia yang butuh teman untuk saling bicara dan tukar pikiran. Rasa simpatik dengan teman bicara pasti ada padaku. Ismi nama yang sangat cantik secantik orangnya. Aku menganggapnya seperti boneka yang hanya bisa dipandang dan dipegang tanpa bisa aku miliki. Di sisi lain, Dunia seakan tiada artinya apabila aku tak mampu memahami jiwa anak dan istriku karena dia milikku yang paling berharga”, Aku menghela nafas panjang menancap gas menuju arah pulang ke rumahku.
Esoknya Bu Tari mencoba menghubungi Lia untuk mengetahui perkembangan keadaan keluargaku. Bu Tari memang baik tetapi terkadang buatku sangat tidak nyaman, karena mau tidak mau ia jadi tahu keburukan-keburukanku. Sebagai manusia aku punya kekhawatiran Bu Tari akan menceritakan pada orang lain di kantor. Hal seperti inilah yang tidak aku suka, sedikit saja  keluar dari mulut Bu Tari pada orang-orang kantor tentang permasalahanku pasti seisi kantor akan tahu. Itu berarti mempermalukan aku dan mencoreng namaku. 
“ Lia sudah baikkan ... Bu Ismi sudah bicara denganku, ia akan konfirmasi ke kamu? Dia mau sms menjelaskan yang sebenarnya, kamu da usah khawatir Papamu tetap Papamu yang baik”, Kata bu Tari pagi itu.
“ Konfirmasi gimana, malah Mama ma Bu Tari berselisih paham lewat telpon” jelas Lia.
“ Aku tidak akan masuk dalam masalahmu, papamu tidak suka aku ikut masuk dalam masalah keluargamu”,.jawab bu Tari.
“ Benar bu... biar kami keluarga yang ambil keputusan ngadepi Papa, kami bisa ngatasi tanpa campur tangan orang lain. Bu Tari kan Cuma orang lain yang bisa saja ingin menghancurkan Papa. ”, jawab Lia kembali ketus bicaranya.
“ Lia... maaf kalau kalimatku menyinggung perasaanmu. Karena segala masukan dari orang lain itu baik tapi keputusan adalah mutlah hak milik hati yang terdalam, kalau aku terlalu masuk dalam masalah keluargamu bisa-bisa dikira aku kamu anggap campur tangan sampai-sampai kamu berpikiran buruk tentang aku”. Jawab Bu Tari lagi.
“ Ok... saya juga minta maaf bu, makasih sudah bantu”. Jawab Lia puas.
            Minggu pagi perasaanku sudah nyaman kembali, 1 minggu penuh aku dihadapkan pada permasalahan pelik diantara perempuan- perempuan yang dekat denganku. Langkahku terasa ringan sekali, berlari-lari kecil menapaki sisi tepi jalan raya depan rumahku. Protes Lia dan istriku adalah ujud kepedulian cinta padaku. Ismi adalah sisi lain ruang belahan perasaanku  yang tidak bisa aku hindari. Sementara itu keinginan putriku harus kupahami disela-sela keputusan yang telah kuambil dengan tetap menggenggam kawajibanku sebagai kepala keluarga dan sebagai pribadi. Aku mulai bisa menata emosi kemarahan yang sering bergejolak timbul tenggelam seperti ombak di sisi-sisi tanggul pantai. Ternyata hikmah dari sebuah peristiwa yang kualami terasa begitu mahal sekali manakala ku telah mampu menyikapi segala sesuatu dengan keikhlasan hati.

                                                                                           Solo in memorial 2 Mei 2011

                                                           

           
           
           
           
           

           

           
           

             
           


           

0 comments:

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates