• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

CINTAKU YANG KELU KEMBALI BEKU

Minggu, 03 Juli 2011 Labels:

CINTAKU YANG KELU KEMBALI BEKU
Esti suryani
          Laki-laki yang berwajah tampan, berbadan tegap, dan berambut cepak itu asyik memperhatikan angka-angka di layar laptopnya. Sesekali  tangannya bergerak mengubah satu persatu angka-angka yang muncul di matanya. Kesibukan itu terus dan terus bergelut dan menari-nari  dalam pikirannya, seakan hidup akan terus berlangsung selama-lamanya. Hidup baginya adalah sebuah kompetitif yang harus terus di jalani dengan persaingan-persaingan yang sehat. Hal itu telah menjadikan Rama hidup dan dewasa sebagai laki-laki yang benar-benar berjiwa matang dan penuh perhitungan dalam setiap langkah-langkahnya.
          Malam itu di meja kerja di rumahnya Rama kembali membuka laptopnya mempersiapkan berbagai surat-surat penawaran untuk para konsumen dari usaha yang telah digelutinya selama ini. Tak terasa malam sudah larut, Rama mengakhiri pekerjaannya tapi mata Rama tidak juga terpejam meski badan terasa capai. Iseng-iseng Rama mencoba untuk Online dan siap chatting malam itu , matanya tak berkedip memandang salah satu foto profil di layar laptopnya.
          “Subhanalloh... ternyata dunia sesempit ini, tak sengaja kutemukan teman yang terlupakan, ya... Adien namanya”, guman Rama sambil sibuk membuka informasi pribadi tentang Adien. Semua data tentang pribadinya sudah ia pegang, tinggal cari waktu yang tepat untuk bisa langsung Chatting dengan Adien.
          Tiba-tiba muncul sosok Adien sedang on line. Rama bingung apa yang akan ia lakukan agar bisa ngobrol dengannya. Dulu Rama pernah dekat dengan Adien dan ia sangat tertarik pada kelembutan Adien yang sangat menawan, tapi ia sendiri tidak tahu kenapa tidak melanjutkan kedekatan itu. Rama ketemu terakhir di pendopo Kabupaten Sleman, ketika upacara serah terima mahasiswa KKN, Rama ditempatkan di Sleman Selatan dan  Adien ditempatkan di Sleman Utara.  Setelah itu tidak ada komunikasi lagi, masing-masing saling sibuk dengan aktivitas KKN menulis laporan KKN dilanjutkan menulis skripsi. Mereka berdua berpisah tanpa ucapan apapun. Seperti bekunya warna awan ketika harus menahan bintik-bintik hujan dipunggungnya. Ada perasaan berat diantara keduanya untuk berucap meski sekedar kata selamat tinggal.
          Adienpun tidak berani menoleh tapak-tapak kaki yang pernah ia injak dengan Rama. Rasa kekhawatiran mendera keduanya ketika sesekali melihat dari  kejauhan mata dan kepalanya ia tundukan. Rama selalu menahan keberaniannya dan Adien menahan rasa ketakutannya pada hembusan angin kencang yang mampu melumpuhkan isi hatinya.
          Kali ini Rama melumpuhkan rasa malunya yang pernah memenjarakannya hingga terlepas dari erat genggaman tangan Adien. Ia meyapa Adien yang sedang online malam itu.
          “Assalamu alaikum Adien... “, tulis Rama dengan hati berdebar.
          “Wa’alaikum salam, siapa ya?”, tanya Adien penasaran sambil terus memandangi foto profil orang yang barusan menyapa.
          “ Aku, Rama temen kuliahmu dulu di Jogja tapi kita beda jurusan. Saat Ospek kita sering berangkat bersama karena tempat kita kost berhadapan. Jangan pernah lupa siapa yang membimbing kamu mengaji alquran”, Jelas Rama pada Adien dengan semangat tanpa menyebut nama lengkapnya.
          “ Rama...ya... aku ingat semua, kita sering beli lotek dan rujak bersama, kita pernah nonton Sekaten bersama di alun-alun Jogja, kamu sering membimbingku baca Alquran, bahkan setiap kali kamu pulang kampung pasti aku dapatkan oleh-oleh balado ayam masakan ibumu, demikian juga dengan aku, pasti aku sisihkan sebagian oleh-oleh dari ibuku untukmu”, Adien memperjelaskan lagi dengan mata berbinar. Seperti terlepas dari jalan buntu dan menemukan kembali jalan yang hilang yang diterangi penuh dengan lentera jiwa.
          Adien dan Rama mengenang kembali saat-saat indah bersama di masa kuliah sampai lupa bahwa malam sudah larut. Cicak disudut atap kamar kerjan Rama asyik bercengkrama dan bergurau berkejar-kejaran menangkap melepas dan menangkap lagi, kemudian melepasnya lagi. Sesekali saling mengigit diantara ujung-ujung ekornya yang panjang, terdengar suara cerijit diantara mulut-mulut kecilnya mengiringi kehangatan gurauannya. Melihat pemandangan itu, senyum disudut bibirnya mengembang menginggatkan pada kenangannya bersama Adien, kemudian ditutupnya laptop di mejanya.
          Pukul 02.00 malam jam berdering , menyadarkan anggannya yang terus menerawang pada celah-celah dinding yang putih beradu padu dengan warna abu-abu yang terhimpit sinar lampu malam itu. Rama bangkit dari tidur dan berjalan mengambil air wudhu untuk sholat tahajud memohon petunjukNya untuk langkah-langkah perjalannya hidupnya. 
          Adienpun belum mampu memejamkkan mata, masih menerawang pada beku hati yang sempat tergores oleh harapan-harapan yang pernah tumbuh dan menggembang, tapi kemudian terhempas hilang menjadi serpihan-serpihan yang teramat kecil di onggokan sampah. Mata Adien basah, tanpa sadar sesenggukan halus keluar dari tenggorokannya menyadari dirinya bukan perempuan satu-satunya di hati Rama, hanya ketulusan dan keikhlasan rasa yang bisa menahannya untuk tetap tersenyum menghadapi segala peristiwa meski itu sangat mengecewakan hatinya. Seperti ketika dulu Rama telah meninggalkannya tanpa ucapan sepatah katapun.
          “Kalau saja kau tahu waktu itu aku sangat sedih karena kehilangan kepergianmu dulu, kau pasti tidak akan menghubungiku lagi seperti malam ini. Kau tidak akan tega membuka lagi kekecewan itu. Kau punya hak untuk memilih sesuai keingginanmu, pada perempuan yang lebih kau cinta, aku sadar itu, kau laki-laki lebih berkuasa atas semua itu. Pada akhirnya akulah perempuan yang tersingkir dari kehidupanmu. Hanya kenapa kau pergi saat sedang tumbuh rasa cinta di hatiku, sedang menggembang perasaan suci ini, bahkan telah siap menerima apa adanya tentangmu”, guman Adien dalam hati.
          Adien berdiri berjalan keluar dari kamar mengambil air wudhu untuk sholat malam memohon agar diberi petunjuk dariNya, kalau memang ini jadi Ridhonya lanjutkan kedekatannya dengan Rama tapi kalau tidak pisahkan untuk selamanya.
          Keesokan harinya dan hari-hari berikutnya Rama kembali menghubungi Adien melalui sms dan telpon. Mereka kembali saling bercanda, saling memberi semangat dan sepakat untuk melupakan masa lalu yang pernah membuat goresan lembut di relung hati masing-masing. Hingga pada suatu hari Adien on line dikejutkan oleh tulisan.
          “Mba Adien... Aku tunangan mas Rama, aku merasa terganggu dengan hubungan kalian. Hentikan permainan ini. Jangan hubungi mas Rama lagi, karena dia milikku”, bibir dan tangan Adien bergetar membaca tulisan itu, tak tahu apa yang harus di tulisnya untuk menjawab serangan perempuan yang mengaku dirinya tunangan Rama Sejak itu tunangannya telah memblokir account Rama dengan semua  yang berhubungan dengan Adien.
          Satu minggu Adien tidak online juga tidak membuka hpnya, pikiran dan hatinya tidak menentu. Untuk meraba isi hatinyapun tidak berani, apa sebenarnya yang sedang dialami. Sejak tunangan Rama menyerangnya seperti ada sesuatu yg menganjal di hatinya. Seperti  ganjalan lama yang tiba-tiba menyumbat pada sisi kerongkongannya, rasa cemburu atau bahkan rasa kehilangan, Adien sama sekali tidak mampu menentukan  rasa apa yang menderanya saat ini hingga suatu saat muncul sms di hp Adien dari Rama.
          “Adien dulu kita pernah dekat, dekat sekali. kalau suatu saat, entah di mana kita ketemu, kamu menganggapku sebagai apa?”, tanya Rama.
          “Ketika kau memilih meninggalkan aku, aku ikhlas meski terasa sedih telah kehilangan sosok dirimu. Sekarang seandainya kita ketemu, aku menganggapmu sebagai saudaraku”, jawab Adien.
          “Kenapa Adien... bukannya kamu masih memiliki rasa cinta padaku?, desak Rama.
          “Kita sama-sama menyimpan rasa cinta sampai saat ini, tapi aku merasa takut kehilangan orang-orang yang sangat aku cintai.” jawab Adien sambil  menyeka matanya yang basah. 
          “Maksudmu ...?”, tanya .
          “Ya... kau tahu, dalam waktu satu bulan aku kehilangan dua orang laki-laki yang aku sayangi. Pertama Ayahku pergi menghadapNya  kedua tunanganku yang lebih memilih Dosennya, isak Adien tak bisa ditahannya.
          “Maafkan aku, karena aku lihat kau baik-baik saja saat itu, aku tidak tahu kau banyak mengalami banyak peristiwa,” jawab Rama menunduk dengan sesal.
          “ Sejak saat ini, aku anggap kau sebagai saudaraku yang tidak akan pernah meninggalkan aku lagi untuk selamanya, “pinta Adien pada Rama.
          “Yang pasti aku tidak pernah bisa lupa dan lepas dari masa lalu  kita, kecuali aku sudah mati. Aku minta maaf tidak peduli atas peristiwa yang telah menimpamu selama ini karena memang aku tidak tahu. Aku juga minta maaf atas serangan dari perempuan yang mengaku tunanganku.
          “ Apa benar dia Tunanganmu Mas..? tanya Adien..
          “ Ya... benar...  dia tunanganku resmi, jawab Rama pelan.
          “ Mas Rama... kalau begitu aku juga minta maaf, aku yang salah karena tanpa sengaja aku telah mengusik ketenagan dan kebahagiaanmu dengan tunanganmu” lanjut Adien.
          “ Adien... aku yang salah telah melibatkan perasaanmu dalam kehidupanku. Sekali lagi aku minta maaf, kalaupun waktu bisa ku ulang, aku akan tetap memegang erat tanganmu untuk selamanya”, tegas Rama.
“Aku yang minta maaf... dan terimakasih banyak... kau telah memberiku kesempatan hingga singgah di hatiku meski dalam waktu yang singkat. Kalau memang berjodoh Alloh swt pasti akan mempertemukan kita kapanpun dan dimanapun”, Jawab Adien dengan menahan isak dalam-dalam dan mematikan Hpnya tanpa menunggu balasan jawaban dari Rama.     
Menyadari hal itu Rama hanya bisa duduk merunduk menekur pada butiran-butiran pasir kecil yang menyisir jalanan yang melintang dihadapannya.  
         
Selesai
Masa lalu tidak akan pernah terlupakan, jika suatu saat bertemu dengan masa lalu hanyalah proses mendewasakan diri bukan untuk kembali. Tapi kehendakNya lebih pasti dari sekedar menuruti sebuah keingginan rasa. 
* Terima kasih buat saudara teman dan sahabatku Mas Nur... yang sudah kasih inspirasi.
* Adien sayang... kamu sudah bisa apa sekarang?
                                                       Surakarta, 1 juli 2011
         
         


         
           

                  

6 comments:

Literzet Sobri mengatakan...

Siswa belum ada yang coment..???

Unknown mengatakan...

Nama : ahmad ardani satya nagara
absen : 5
kelas : X-2
ASSALAMUALAIKUM WR. WB

Unsur intrinsik dr cerpen diatas :
1. Tema : cinta yang gagal bersemi
2. alur : alur maju
3. sudut pandang : orang pertama dan kedua adalah pelaku utama
4. latar : tempat : rumahnya rama , ruang kerja , sleman selatan
sleman utara
waktu : malam itu , satu minngu , sejak saat itu ,
masa lalu
suasan : sedih , sanang
5. amanat : ungkapkanlah perasaan mu/ unek2mu yang penting / yang
ingin kau sampaikan kepada seseorang yang kau sayangi
sebelum kau menghadapi masa depan yang sulit untuk di
tentukan
6. penokohan : Rama : pemalu / malu, jentel / berani , perhatian
Adien : pemalu / malu, galau / sedih , pemaaf ,
perhatian

WALLAIKUM SALAM WR. WB FROM : Ahmad ardani

estismabatiksatu mengatakan...

Ahmad Ardani@ kamu siswa pertama yang masuk, makasih yaaaaa. Selamat jadi yang pertama......

Unknown mengatakan...

Nama :Dimas Adyantoro
Kelas :X-2
NO :13

Asalammualaikum wr.wb

Unsur intrinsik dari cerpen di atas

Tema :Cinta lama yang terpendam

Sudut pandang:orang pertama dan orang kedua pelaku utama

latar :-Tempat: Rumah Rama,Ruang Kerja,sleman selatan,sleman utara
-waktu : Malam itu,suatu mlam,sejak saat itu,masa lalu
-Suasana:Sedih,Senang
Amanat : Jangan kau pendam perasaan cinta yang seharusnya kamu utarakan ,sebelum kecewa di kemudian harinya.
Penokohan :Rama:sering menunda kesempatan,jentel,perhatian
Andien :pemalu,pemaaf,prhatian


WASALLAMUALAIKUM WR.WB

Unknown mengatakan...

Nama: Adam Arlieza Razalie
Kelas: X-2
No:1

Assalamualaikum wr.wb

Unsur intrinsik dari cerpen di atas

Tema: Cinta lama tidak menjadi
Sudut Pandang : Orang pertama dan Orang kedua pelaku utama

Latar: -Tempat: Rumah Rama,Ruang Kerja,Sleman utara,Sleman selatan
-Waktu: Malam itu, Suatu malam, Sejak saat itu, masa lalu
-Suasana: Sedih dan Senang
Amanat: Ungkapkan lah cinta dengan segera!, Sebelum engkau kecewa.
Penokohan: Rama: Pemalu, Perhatian
Adien: Pemaaf, Perhatian.

Waalaikumsalam wr.wb.

Alexandra Christie mengatakan...

Ayo Daftar Sekarang, Nikmati Freechip Berlimpah Setiap Hari... Join Disini Banyak Jenis Permainan Taruhan Online Terbaik, Kunjungi Website Kami Di Klik Disini dan Dapatkan Bonus Terbaru 8X 9X 10X win klik disini untuk mendapatkan akun Sabung Ayam anda dan Bonus Berlimpah.

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates