• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

KOMUNIKASI GURU DAN ANAK DIDIK

Jumat, 23 Oktober 2015
KOMUNIKASI  GURU DAN ANAK DIDIK

Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan berbahasa seseorang terwujud dalam bentuk kemampuan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik di kelas akan sangat membantu anak didik kita dalam membangun pengetahuan yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran.
Namun, pada kenyataannya selalu kita temui disetiap pergantian tahun ajaran baru menemukan anak didik yang kurang mampu dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan-gagasan apalagi mengembangkan ide atau gagasan-gagasan yang diperoleh selama pembelajaran  di kelas. Memang pada kenyataannya banyak anak didik kita yang pendiam cenderung kurang dalam berkomunikasi baik dengan teman ataupun dengan guru di kelasnya. Akan tetapi nilai kognitifnya tinggi. Proses pembelajaran yang terjadi dan materi yang diberikan guru dapat diterima gagasan-gagasan materinya, akan tetapi banyak diantaranya yang kesulitan  untuk menjelaskan gagasan dalam pemikirannya kepada yang lain secara lesan.
Kenyataan yang penulis temukan ketika proses pembelajaran di kelas, guru memberikan kesempatan untuk bertanya, menganggapi, dan mengajukan ide atau gagasan, hanya sebagian kecil yang mau menggunakan kesempatan tersebut. Demikian juga apabila guru berbalik bertanya, anak didik cenderung diam. Tak jarang guru dibuat  kebinggungan menghadapi situasi seperti ini. Agar pembelajaran tetap berjalan lancar, seringkali menggunakan jalan pintas asal anak didik kita bisa memahami materi, yaitu dengan metode ceramah dalam mengajar. Alhasil anak didik kita kemampuan berkomunikasi menjadi terhambat hanya karena keegoisan mengejar materi saja.  Apakah hal seperti ini akan tetap dipertahankan?
Kita intip sebentar pada anak didik kita, pada situasi rileks banyak diantaranya yang memanfaatkan waktu istirahat dengan ngobrol, curhat dengan teman, bahkan bergurau lepas tanpa beban ragu, malu, ataupun takut salah dalam berkomunikasi dengan teman. Bahkan ada yang dengan keberanian terang-terangan nyeletuk dan berteriak-teriak dengan kalimat yang kurang pantas diucapkan pada teman-temannya. Pemandangan yang sangat berbeda jika anak didik kita sedang berada pada situasi resmi  di kelas cenderung diam dan pasif.
Beberapa kemungkinan karena mereka  kurang memiliki kemampuan dan keberanian dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik sesuai dengan situasi dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kemungkinan lain karena guru di kelas kurang atau bahkan tidak memberikan kesempatan nyata untuk menyampaikan ekspresin positifnya dalam menyampaikan ide atau gagasannya.
Penulis pada awalnya merasakan hal yang sama yang dialami oleh guru-guru yang lain, susah menghadapi anak didik yang pasif dalam berkomunikasi di kelas. Pada akhirnya muncul suatu ide bagaimana caranya agar anak didik kita mampu berkomunikasi dengan baik dan benar tanpa mengurangi kualitas materi yang kita berikan di kelas. Yaitu dengan menerapkan cara  semua peserta didik mampu menyampaikan gagasannya seperti layaknya guru ketika mengajar tanpa memiliki rasa ragu,  rasa malu, dan tanpa rasa terbebani takut salah. Cara ini biasa dikenal dengan teknik Everyone for teacher. Teknik ini dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok kecil. Manfaat yang penulis dapatkan setelah melakukan teknik ini adalah; a) Memunculkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik; b) Peserta didik berani berkomunikasi secara lesan dengan baik dan benar; c) Meningkatkan intereaksi belajar antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.  Langkah-langkah yang penulis lakukan adalah: a) Pembagian kartu indeks kepada peserta didik; b) Mintalah pada peserta didik untuk menulis pertanyaan yang paling akhir dipelajari, pertanyaan ringkas saja, yang penting esensinya relevan dan tulisan dapat di baca siswa lain; c) Penulis mengumpulkan kartu indeks yang telah di isi dengan pertanyaan secara acak  sedemikian rupa sebelum dibagikan kembali kepada peserta didik, sehingga tidak ada satupun yang menerima soal yang dibuatnya sendiri; d) Kemudian siswa diminta membaca dan memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kartu indek; e) Peserta didik diminta membaca dan menjawab dengan keras, peserta lain diminta untuk menanggapi jawaban tersebut; f) Pada akhirnya peserta didik yang membuat soal diminta memberi penguatan  jawaban dengan arahan dan petunjuk guru sebagai motivator.

Gambaran di atas hanyalah contoh nyata permasalahan kecil yang selalu dihadapi para guru di saat proses pembelajaran di kelas. Untuk merubah anak didik kita agar terampil berkomunikasi di kelas bukanlah hal yang mudah pada kenyataannya.  Peran penyelengara sekolah dalam menunjang fasilitas pembelajaran, peran guru di kelas dalam memotivasi anak didik kita, dan peran orang tua di rumah dalam membentuk rasa kenyamanan diri sangat penting untuk menjadikan anak didik kita mampu berkomunikasi dengan baik dan benar. ( Terbit di Majalah Hadila Edisi 87/ September 2014)

0 comments:

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates