• Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.
  • Mari belajar Drama Lewat Blog
  • Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quo, ius ea liber offendit placerat, est habemus aliquyam legendos id.

Ketoprak Dramatik Lakon Roro Mendut

Jumat, 20 Agustus 2010

Ketoprak Dramatik Lakon Roro Mendut

(Keteguhan Cinta Perempuan)

Pelindung : Drs. Literzet Sobri, MPd.

Pembimbing : Drs. Hanindawan Soetikno

Sutradara : Febriyan Mahardanu

Penulis Naskah : Esti Suryani SP.d

Pranoto Pengrwit : Bambang Giri S, SP.d

Pranoto Gerak dan Tari : Sri Munarsih S.sn

Artistik : Anik Dini Hariyati, SP.d

Roro Mendut gadis dari Pati. Belum sempat Roro Mendut (Ayu)diresmikan sebagai istri selir sang Adipati dari kabupaten Pati. Adipati diserang bala tentara Matam yang dipimpin oleh Panglima perangnya Tumenggung Wirogunan(Ashari Alfiyahya).

Roro Mendut oleh Sinuwun dihadiahkan kepada Tumenggung Wirogunan. Secara halus Mendut menolak diperistri Tumenggung. Nyai Ajeng(Ika), istri Wiroguno prihatin, seorang Tumenggung, Panglima perang Mataram ditolak gadis pantai Pati.

Cintanya tertolak, Tumenggung menjatuhkan hukuman denda 5 real per hari. Atas kelihaiannya, Mendut berhasil memenuhi denda yang dibebankan padanya. Ia menjual rokok yang semakin pendek puntungnya semakin mahal, oleh karena olesan ludahnya. Setiap kali pajaknya dinaikkan, harga puntung rokok Mendut naikkan. Sehingga Mendut selalu bisa memenuhi denda Wiroguno.

Ketenaran kedai puntung rokok Roro Mendut hingga terdengar oleh seorang pemuda tampan dari Pekalongan, Pranacitra(Restu Wijang SB) anak Nyi Singobarong(Al Irsa Supriyanti) dan tukang penyabung ayam. Pertemuan keduannya, membuat saling jatuh cinta.

Atas saran Roro Mendut, Pronocitro melamar pekerjaan di puri Wirogunan. Tumenggung menerimanya sebagai perawat kuda di Wirogunan. Pertemuan di Wirogunan membuat cinta mereka terajut kembali secara diam-diam. Suatu malam terbongkarlah kisah cinta dua insan ini saat Roro Mendut dan Pronocitro sedang memadu kasih, saling berbalas puisi. Wiroguno murka. Ia mengerahkan pengawalnya mengejar Pronocitro dan Roro Mendut yang sudah meloloskan diri dari istana Katumenggungan.

Pertempuran sengit berakhir dengan tewasnya Pronocitro di tangan Wiroguno. Roro Mendut terpaku sendiri atas pilihan cinta sejatinya. Kisah tak sampai ini adalah representasi dari tulusnya seorang Pronocitro mencintai Roro Mendut yang terhalang dinding harga diri seorang Wiroguno. Diantara cinta segitiga yang rumit ini, sesosok Nya Ajeng begitu tulus mendarmabaktikan hidupnya untuk sang suami. Sebuah simbol yang di era globalisasi harusnya menjadi role model keberlangsungan rumah tangga dalam kondisi apapun.

Kasih tak ternilai juga ditunjukkan oleh Nyi Singobarong begitu tulusnya merelakan putra kesayangannya memilih pilihan hidupnya untuk mengabdikan diri hanya di Katumenggungan.

Kisah sarat intrik, ego pada harga diri atas status jabatannya kental mewarnai pertunjukan ketoprak dramatik ini mengalir atas ide dari novel Roro Mendut karya Ajb Rosidi dengan tokoh pendukung lainnya seperti: Gitta sebagai Pengawal Wirotin Nia, sebagai pengawal Wirorini, Dodey sebagai Joko Lelur, Arin sebagai Penjual sayur, dan Ditta sebagai Nyi Bledug.

Ketulusan cinta sepasang kekasih ini teruji oleh realitas kehidupan yang berada di depan mereka. Akankah Roro Mendut dan Pronocitro bersatu di liang kubur laksana puisi cinta yang selalu mereka dengungkan saat merindu? Merpati di atas batu, Tekukur terbang ke awan jua, Daripada tak jadi bersatu, Di kubur selubang kita berdua. Sesaat telah dipentaskan dramatisnya kisah cinta Roro Mendut dan Pronocitro persembahan Teater Prodho.

Produksi Teater Prodho SMA Batik 1 Surakarta periode 2008/2009

Acara ini terselenggara atas kerjasama

SMA Batik 1 Surakarta, TBTJ Jawa Tengah, Penerbit Erlangga, Prismacom, Salon Lupita, SMAN 7, Teater Prodho, Pengrawit SMA Batik 1, Life Story Publisher (www.smubatik1-slo.sch.id)



KOLABURASI KETOPRAK DAN TARI

SMA BATIK 1 SURAKARTA

Sabtu, 24 Desember 2009 di Teater Besar ISI Surakarta.


Lakon Roro Mendut kembali dipentaskan secara kolaburasi dengan seni tari dalam acara pentas pelajar 2009 pada Sabtu, 24 Desember 2009 di Teater Besar ISI Surakarta. Pementasan tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Pengabdian Pengembangan Masyarakat (LPPM) ISI Surakarta dalam rangka mengenalkan dan mewadahi kreatifitas siswa di bidang seni budaya sekaligus merupakan bentuk pengabdian kampus ISI pada masyarakat dalam upaya pengembangan dan pelestarian seni tradisional dan budaya khususnya tari di kalangan remaja pelajar di SMA Batik Surakarta.

Berlatar kisah Roro Mendut dengan mengandalkan seluruh aspek pertunjukan kemampuan siswa-siswa SMA Batik 1 Surakarta unjuk kemampuan mulai dari kelompok ekstrakulikuler teater, karawitan, sinden, dan gerong mampu meninggalkan kesan sebuah pentas yang komprehensif. Para penari laki-laki menari “ Pedang Perang”menceritakan keahliannya dalam olah senjata mampu berperan ganda sebagai para Punggawa Katemenggungan Wirogunan. 8 penari “Jaran Pegon” dan “ Tari Bedoyo” muncul menghibur pasangan Roro Mendut dan Pronocitro yang sedang asyik bercengkrama serta berperan sebagai gadis boyongan yang membantu Roro Mendut dalam berjualan rokok untuk membayar pajak yang dibebankan padanya dari Tumenggung Wirogunan. Dari sekian pementasan yang menampilkan penggabungan dari beberapa aspek seni tari, teater, dan pengrawit secara lengkap hanya SMA Batik 1. Sedangkan peserta lain yang mengikuti acara tersebut adalah SMKN 8, SMPN 5, SMAN 7, SMAN 2, SMAN 8,SMA Yosep, SMA Kristen, SMAN 1 Blintar, Komunitas Jeda Magelang, Komunitas Coret Yogyakarta, dan Komunitas Toelis Surakarta.

Hasil koreografi yang apik ini tidak lepas dari Dwi M S. Sn., M.Hum dan Hananto, S.Sn sebagai Dosen ISI Surakarta yang mewakili Lembaga Pengabdian Pengembangan Masyarakat khusus bidang seni tari, Sri Munarsih, S.Sn sebagai pembimbing ekstrakurikuler seni tari, dan Esti Suryani, S.Pd sebagai pembimbing ekstra kurikuler teater.

Penampilan yang memikat ini juga tidak terlepas dari para pemeran yang mampu memasuki karakter watak secara total. Meskipun dalam penampilan tersebut para pemeran melakukan pergeseran pemain dari peran sebelumnya. Siswa-siswa yang berperan adalah: Arin sebagai Roro Mendut, Restu sebagai Ki Tumenggung, Ridho sebagai Pronocitro, Ika sebagai Nyai Ajeng, dan Nia sebagai Turis.

Drs. Literzet Sobri, M.Pd selaku Kepala SMA Batik 1 Surakarta memberikan keleluasaan untuk berkarya dan ikut berkompetisi diberbagai even seni budaya tradisional sebagai ujud dan cara meningkatkan kecintaan dan kepekaan anak didik dalam melestarikan seni tradisi Jawa. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur SMA Batik1 sebagai sekolah RSBI yang mengangkat budaya lokal sebagai salah satu bidang unggulan.

Acara ini terselenggara atas kerja sama

SMA Batik 1 Surakarta dengan ISI Surakarta



0 comments:

Posting Komentar

 
BAHASA DAN SASTRA SANG MERPATI PUTIH © 2010 | Designed by Blogger Hacks | Blogger Template by ColorizeTemplates